Thursday, December 6, 2012

Visi, Realisasi dan Dugaan Korupsi



SAYA  DIAJAK  teman baik saya, Raflis Tias, GM Patria Tour & Travel ke sebuah gedung aneh di kota Pekanbaru beberapa waktu kemarin. Belakangan saya tahu, itu gedung perpustakaan umum Soeman HS. Sekilas diperhatikan dari jauh, bentuk bangunannya seperti alas untuk meletakkan Alquran atau buku yang sedang terbuka. Kata teman saya itu, di sana ada kopi yang enak dan kami sama-sama penyuka kopi.

Dari bangunan gedung perpustakaan itu, saya lihat ada lagi gedung yang lebih aneh. Bangunan bertingkat tinggi dengan atap menyerupai siluet sebuah kapal. Awalnya, saya mengira itu sebuah gedung teater. Seperti Esplanade house di Singapura yang juga memiliki bentuk unik.


Saya terakhir kali mengunjungi kota itu delapan tahun lalu dan kedua bangunan tersebut belum berdiri.

“Bukan, itu kantor gubernur”, kata Raflis.

Wah, kantor gubernurnya keren. T’rus yang di atas seperti kapal itu apa? Helipad? Tanya saya.

“Itu pujasera, hahaha”, canda rekan saya itu.

Sekilas kemudian sambil menikmati kopi yang ternyata memang enak sekali, ia bercerita tentang gubernurnya, kotanya yang makin maju dan hawa panas perpolitikan di sana menjelang pemilihan gubernur Riau yang bakal digelar sebentar lagi.

———————————-

MALAM  HARINYA,  saya bersama rekan-rekan  dari grup media Jawa Pos punya janji bertemu dengan Gubernur Riau Rusli Zainal. Untuk kegiatan kami  kali ini, kota Pekanbaru memang dipilih sebagai tempat pertemuannya.

Awalnya, saya mengira pertemuan akan dilakukan di Hotel Labersa, tempat kami menginap. Tapi ternyata, panitia kali ini justru membawa kami langsung ke kantornya di Jalan Jenderal Sudirman. Kami dibawa ke gedung yang siang tadi sempat saya kira sebagai gedung teater.

“Pak gubernur menjamu gala dinner di lantai teratas gedung gubernur”, kata rekan saya Bambang Suwarno, Pemimpin Redaksi Riau TV.

Wah, berarti saya bakal mendatangi gedung aneh tapi futuristik yang sempat saya tunjuk tadi siang, gumam saya.

Tidak ada protokoler yang terlalu ketat. Kami langsung dibawa ke lantai teratas gedung gubernur yang terlihat seperti siluet kapal dari bawah itu.

Sebuah tempat yang istimewa. Dari lantai teratas itu, kami leluasa melihat kota Pekanbaru dari empat penjuru mata angin. Di tempat inilah sang gubernur ternyata sering menerima tamu-tamu khususnya. Areal yang terlihat mewah. Lantainya dilapisi rumput-rumput sintetik seperti yang digunakan di lapangan-lapangan futsal. Di beberapa sudut, ditempatkan pohon-pohon hidup dalam pot-pot besar.

Untuk malam itu, lantai teratas yang sempat saya kira sebagai Helipad tersebut, disulap menjadi restauran dengan nuansa garden party.

“Ini mimpi saya. Saya ingin Pekanbaru jadi kota yang modern dengan bangunan-bangunan yang dibangun dengan konsep futuristik, tapi tetap dalam balutan nuansa Melayu dan  identik dengan Islam”, kata Rusli saat berbincang-bincang santai dengan kami.

Rusli punya visi untuk menjadikan Pekanbaru sebagai pusat perekonomian Indonesia di wilayah Sumatera. Visinya ditargetkan sudah bisa terwujud pada 2020 mendatang. Selain gedung gubernur megah dengan konsep futuristiknya, gubernur yang satu ini juga membangun sebuah perpustakaan yang tidak kalah megahnya. Berbentuk seperti alas tempat Al Quran atau buku yang tengah terbuka, gedung enam lantai yang terletak di salah satu sisi gedung gubernur itu, juga dirancang untuk bisa menampung sejuta buku dari berbagai disiplin ilmu.

Perpustakaan itu dibangun oleh pemerintah Provinsi Riau dengan APBD yang dianggarkan dalam gerakan pendidikan Riau Membaca. Selain menjadi ruang baca, perpustakaan itu juga sekaligus menjadi ruang publik bagi masyarakat. Bukan hanya buku-buku fisik, perpustakaan itu juga menampung ribuan file-file dokumentasi dalam bentuk digital.

Di lantai 3 bangunannya, pengelola perpustakaan megah itu, bahkan menyiapkan beberapa tempat pertemuan kedap suara yang sekelilingnya dibatasi kaca tembus pandang. Kata Rusli, ruang-ruang itu bisa dimanfaatkan oleh masyarakat umum untuk keperluan rapat, diskusi mahasiswa dan pertemuan tertutup. Semuanya bisa dimanfaatkan secara gratis.

Perpustakaan Soeman HS juga menyimpan sejumlah literatur yang cukup lengkap terkait Melayu. Literatur-literatur tersebut tersimpan dalam ruangan khusus yang dikenal dengan sebutan Bilik Melayu. Visi sang gubernur yang ingin menjadikan kota Pekanbaru sebagai pusatnya Indonesia untuk wilayah Sumatera, juga tercermin di sini. Jika anda berkunjung ke bilik Melayu tersebut, anda juga akan menjumpai berbagai literatur budaya suku-suku di Sumatera. Mulai Aceh, Batak, Melayu Deli, Melayu Riau dan Kepulauan, Minang hingga Bengkulu.

“Salah satu kota yg memperhatikan pembangunan generasi masa depan adalah kota yang menyediakan banyak fasilitas belajar terbuka dan bersifat umum. Salah satunya perpustakaan”, kata Rusli sambil tersenyum.

Mimpinya untuk menjadikan kota Pekanbaru sebagai salah satu pusat ekonomi Indonesia yang modern dengan banyak ikon-ikon bangunan futuristik, mungkin tidak akan bisa langsung dicapai di masa kepemimpinannya.

“Tapi saya sudah meletakkan dasar-dasarnya. Tahun 2020 memang tinggal 8 tahun lagi. Tapi tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha. Mungkin penerus saya yang akan menuntaskannya”, sambung Rusli.
Saya pikir, Rusli Zainal merupakan sedikit kepala daerah di Indonesia yang visioner dan punya karakter kuat untuk memajukan daerahnya. Terlepas dari hal-hal miring yang pernah ditudingkan kepadanya. Misalnya soal isu kedekatannya dengan seorang artis dangdut beberapa waktu lalu atau tentang dugaan keterlibatannya dalam kasus dugaan korupsi venue menembak PON yang sekarang masih dalam tahap pembangunan, pikiran-pikiran majunya cukup layak untuk disimak.

“Saya pernah dituding sebagai salah satu gubernur yang terlalu boros dalam hal penerimaan PNS baru. Coba bayangkan, dari 100 PNS baru yang saya rekrut, bisa untuk menghandel administrasi perizinan baru di lahan perkebunan, perikanan dan kehutanan di Riau ini hingga sampai 5000 hektar.  Lahan-lahan baru itu bisa membuka lapangan pekerjaan baru. Minimal untuk 1000 orang”, jelasnya panjang lebar.

Soal penataan kota, Rusli juga punya cara yang jitu untuk mengerem laju pertumbuhan ruko-ruko baru yang menjamur di kota Pekanbaru dalam satu dasarwarsa ini.

“Ruko itu mudah bangunnya. Cukup bangun bangunan kotak dua lantai, sudah laku dijual. Makanya banyak developer yang berlomba membangun ruko di sini. Tapi kalau dibiarkan, Pekanbaru bisa berubah menjadi hutan ruko. Dimana-mana ruko. Dan pemanfaatan ruko ini menjadi tidak jelas. Itu tidak baik untuk penataan kotanya”, katanya.

Untuk mengerem laju pertumbuhan ruko di sini, Rusli menerapkan aturan bahwa di kawasan-kawasan tertentu seperti di kawasan jalan Jenderal Sudirman yang merupakan pusat kota, pemerintah daerahnya hanya menerbitkan izin pembangunan gedung baru minimal untuk gedung bertingkat lima.

Saya jadi ingat kota Batam. Kota yang dulu sempat digadang-gadang sebagai calon kembarannya Singapura itu, sekarang justru terbelit dengan penataan ribuan ruko-rukonya. Dimana-mana ada ruko. Tapi, hampir separuhnya,  justru hanya menjadi bangunan kosong.

Kepala Bank Indonesia cabang Batam Elang Tripraptomo bahkan mulai resah. Ruko-ruko tersebut, dibangun oleh para developer menggunakan dana kredit dari bank. Saya pikir, kekhawatirannya sangat beralasan. Jika kondisinya banyak yang kosong, ini tidak baik untuk proses pengembalian kredit para developer tersebut. Mereka mungkin saja bakal kesulitan untuk pembayaran kredit karena ruko yang dibangun tidak laku. Alhasil, akan ada sekian puluh miliar atau bahkan triliun rupiah duit yang macet. Padahal jika itu berputar, bisa ikut menggerakkan roda ekonomi di suatu daerah.

Batam yang disiapkan sebagai kota industri modern itu, sekarang mungkin sedang terjebak dengan pola pembangunannya yang salah. Dimana-mana berdiri rumah toko. Sementara rumah toko yang sudah ada saja, banyak yang belum berfungsi sebagai mana mestinya. Banyak yang kosong dan akhirnya hanya jadi gedung-gedung tua tidak terawat yang memperjelek citra kota. Sebagian pengelola ruko bahkan ada yang banting setir dengan menyewakan ruko-ruko mereka sebagai rumah kost-kostan. Ada juga yang menggunakannya sebagai tempat ternak burung walet. Yang lain, ada yang hanya membiarkan begitu saja dan menjadi tempat tinggal sementara para gelandangan. Miris sekali karena pembangunan ruko masih terus berlanjut di Batam.

“Saya cuma titip pesan, seandainya ada opsi untuk memindahkan ibukota negara dari Jakarta, Pekanbaru ini mungkin bisa jadi opsi yang tepat, infrastrukturnya sudah lengkap, hahahaha”, katanya sambil bercanda.

————————————–

VENUE  MENEMBAK  yang dipersiapkan untuk ajang PON, terletak di salah satu sudut komplek olahraga Rumbai. Dibanding venue atau stadion-stadion lainnya dalam komplek itu, venue menembak punya kondisi yang paling memprihatinkan. Perkiraan saya, penyelesaiannya baru mencapai 60 persen. Kata salah satu penjaga di sana yang sempat saya temui, pembangunan venue itu sudah lama terhenti. Sejak dugaan kasus suap yang melibatkan beberapa anggota DPRD Riau ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Rusli sang gubernur, membawa saya dan teman-teman lain untuk melihatnya. Tidak tanggung-tanggung, sang gubernur bahkan menyediakan diri untuk menjadi pemandu tour kami. Sambil berjalan, tak henti-hentinya ia menjelaskan tiap detil pembangunan venue itu menggunakan microphone yang tersambung dengan sebuah speaker portabel yang bisa didorong atau ditarik oleh staf-nya.

“Ini dia bangunan yang dianggap bermasalah itu” kata Rusli saat kami tiba di sana.

Menurut Rusli, sejumlah venue ada yang telah rampung pembangunannya dan telah menjalani tes event. Semuanya ditargetkan selesai menjelang pelaksanaan PON XVIII September mendatang. Untuk venue menembak, Rusli juga merasa sangat yakin pembangunan  bisa segera rampung menjelang PON mendatang. Walau sedang dalam penanganan KPK, penyelesaian pembangunan venue menembak untuk PON terus digesa.

Untuk kasus pembangunan venue menembak, menurut Rusli, KPK menduga ada kerugian negara sebesar Rp. 19 miliar. Anggaran pembangunan venue untuk penyelenggaraan PON di Pekanbaru sendiri dilakukan berdasarkan perda No. 6 tahun 2010 dan perda No. 5 tahun 2008. Rusli mengakui, memang ada usulan penambahan anggaran sebesar Rp. 19 miliar untuk pembangunannya dari total Rp 44 miliar anggaran yang sudah dikucurkan sebelumnya. Tapi sejauh ini, usulan tersebut belum disahkan.

“Saya pikir tidaklah karena pembangunan kan belum selesai sekarang. Penambahan Rp 19 miliar juga masih sebatas usulan”, katanya.

Penambahan anggaran untuk pembangunan venue menembak menurutnya, diusulkan mengingat kota Pekanbaru juga akan menjadi tuan rumah dalam kegiatan Islamic Solidarity Games III tahun depan. Jadi spesifikasinya memang dinaikkan untuk menyesuaikan dengan standart internasional. Pertimbangan itu juga yang digunakan sehingga lokasi pembangunan venue menembak tersebut, sempat pindah lokasi. Keduanya memanfaatkan lahan hibah dari PT. Chevron.

“Untuk realisasinya, bisa saja penambahan tidak sampai Rp.19 miliar. Bisa hanya Rp 12 miliar. Tapi jelas ada penurunan kualitas. Spesifikasinya tentu akan disesuaikan dengan anggaran”, lanjutnya.
Rusli juga mengakui,  untuk pengerjaan venue menembak ini, ada kontraktor yang belum dibayar. Tapi itu suatu hal yang wajar dalam dunia usaha.

“Bisa saja kontraktor mengerjakan dulu karena kontrak sudah ada. Dalam kontrak, sekitar September selesai”, tambahnya.

Apa pun kata Rusli, kenyataannya KPK terus jalan untuk menyelidiki kemungkinan adanya kerugian negara dalam proyek venue PON itu.  Perkembangan terakhir,  beberapa orang sudah ditetapkan sebagai tersangka. Saya rasa, sebagai komisi negara yang memang dibiayai untuk memberantas korupsi di negeri ini, apa yang sedang dilakukan KPK dan kecurigaannya tentang proyek tersebut yang dianggap bermasalah, mungkin masih dalam tahap wajar. Akan terasa jadi tidak wajar di saat mereka curiga, namun tidak berbuat apa-apa.

—————————————-

SAYA PULANG  hanya berselang dua hari dari saat pengoperasian perdana gedung terminal baru bandara Sultan Syarif Kasim II. Ini merupakan bangunan lain yang bakal menjadi ikon kota pekanbaru. Dikonsep bakal mampu menampung 4 juta penumpang per tahun. Hampir dua kali lebih banyak dibanding kapasitas terminal lama yang menampung 2,5 juta penumpang per tahun.

Terminal baru bandara SSK II itu, berbentuk seperti sebuah buku dengan kubah besar khas Islam di tengah-tengahnya. Dibangun dengan dana Rp. 165 miliar di atas lahan seluas 25.000 M2. Bandara SSK II disiapkan untuk menampung traffic penerbangan dari dan ke kota Pekanbaru yang sekarang sudah menjadi yang ketiga terpadat se-Indonesia. Untuk mendukung rencana tersebut, PT. Angkasa Pura II dan Pemprop Riau telah membuka jalur baru yang memotong jalur simpang tiga di sekitar lokasi bandara yang legendaris tersebut.

Saat mengunjungi gedung baru terminal ini beberapa waktu lalu, lagi-lagi saya mendapati peran Rusli Zainal dalam mengkonsepnya. Bentuk buku dan kubah di tengah-tengah itu bisa terbangun setelah mendapat persetujuan orang nomor satu di Riau tersebut.

“Bandara SSK II Pekanbaru sudah menjadi anggota Airport Committe International (ACI), dan tahun 2013 nanti, terminal baru SSK II Pekanbaru ini akan diikutkan dalam lomba dan dinilai oleh juri ACI” kata Rusli bangga.

Oh ya, untuk diketahui, sebelum berubah nama menjadi bandara SSK II, bandara itu sempat bernama Bandara Simpang Tiga. Saya kurang tahu secara persis, simpang tiga yang di sebelah mana yang akhirnya digunakan sebagai nama awal bandara itu. Untuk akses ke gedung terminal baru yang sekarang, ada sebuah jalur yang dibuka dengan memotong sebuah simpang tiga dekat bandara itu. Jika awal penamaan bandara itu mengambil nama simpang tiga yang saya maksud, simpang tiga itu sekarang tinggal kenangan karena sudah berubah simpang empat. (***)


Powered by Telkomsel BlackBerry®


No comments: