Monday, April 25, 2011

Tentang si plesetan Billboard


BERSAMA teman-teman, saya suka menyanyikan lagu Madu dan Racun atau Singkong dan Keju saat pulang mengaji malam-malam. Lagu yang luar biasa populer dan dinyanyikan oleh setiap orang pada pertengahan dekade 80-an. Mulai dari anak kecil hingga orang dewasa.

Selain suka dan gampang dihapal, sebenarnya kami menyanyikan lagu itu untuk menghilangkan rasa takut saat harus melewati sebuah rumah besar yang memiliki pohon kamboja di depan halamannya. Bagi kami, kondisinya begitu menyeramkan saat malam. Belum lagi cerita tentang sejarah rumah itu yang katanya pernah menjadi tempat wanita gantung diri.

Saya punya jadwal mengaji mulai hari Senin sampai Sabtu. Sama seperti jadwal masuk sekolah. Saban hari juga saya harus melewati rumah besar itu karena letaknya berada di tengah-tengah perumahan. Sementara masjid tempat saya mengaji berada di ujungnya.

Pak Selamet guru mengaji saya, memberi jadwal mengaji untuk saya dan teman-teman setelah magrib dengan ketentuan sudah harus datang sebelumnya. Itu untuk memastikan kami melakukan tugas menimba air sumur untuk berwudhu dan melaksanan shalat Magrib berjamaah bersama. Proses mengaji dilakukan dalam rentang setelah Magrib hingga waktu Isya tiba. Biasanya kami pulang sekitar pukul 20.00 atau 20.30 WIB, tergantung bahan ajar yang disampaikan pak Selamet pada kami.

Waktu pulang mengaji adalah hal yang paling mendebarkan bagi saya setiap malam. Dan yang paling ‘krusial’, saya harus melewati rumah besar itu. Lagu Singkong dan Keju biasanya kami nyanyikan begitu keluar dari halaman masjid dan terus diulang-ulang bila baitnya habis, untuk memberi kesan ramai. Tapi seiring perjalananan pulang, yang menyanyikan lagu itu biasanya juga semakin berkurang. Saya termasuk kelompok terakhir yang menyanyikannya.

Maklum, letak rumah saya memang yang paling jauh dibanding teman-teman yang lain. Lagu riang itu memang cukup membantu saya menghilangkan rasa takut, walaupun harus dinyanyikan dengan gaya fast forward saat melintas di depan rumah besar itu :-) .

Itu sekitar tahun 1985 atau 1986, saya lupa persisnya. Pelantunnya grup musik Bill & Brod yang vokalisnya terlihat begitu keren di mata saya. Pakai topi pet dan kacamata hitam besar. Ia selalu bernyanyi dengan riang dan bersahabat seperti yang selalu saya dengar di radio RRI atau saksikan di stasiun TVRI. Saking riang dan bersahabat, saya sampai tidak sadar dengan lirik yang biasa saya nyanyikan itu sebenarnya belum cocok untuk anak seusia saya, saat itu.

—————***————–

Saya punya kebiasaan membeli kaset album lagu-lagu sejak masih kecil. Bukan dengan cara meminta ke orang tua. Saya biasanya menabung dari uang jajan harian. Hal yang sama juga dilakukan abang dan adik saya. Kami bertiga bersaudara memang pencinta musik sejak kecil :-) . sampai sekarang, koleksi kaset kami masih ada walaupun sudah tidak utuh lagi karena termakan usia.

Dulu, kami biasa membeli lagu apa saja asal kami suka. Biasanya kami membeli kaset setiap bulan saat tabungan uang jajan sudah terkumpul. Kaset yang dibeli bisa lagu anak-anak yang lagi populer saat itu, lagu pop Indonesia atau bahkan lagu barat. Kalau saya membeli album lagu dari artis A, abang saya akan membeli album lagu dari artis B dan adik saya membeli album lagu dari artis C. praktis, tiap bulan kami selalu punya tambahan koleksi tiga kaset album baru yang bisa kami dengarkan bersama-sama satu saudara.

Tahun 1987, Bill & Brod mengeluarkan album baru lagi. Itu Album mereka yang ketiga. Saya masih ingat judulnya ; kodok pun ikut bernyanyi. Lagu mereka dipromosikan gencar di TVRI dan memang cuma TVRI-lah satu-satunya stasiun tv di Indonesia saat itu. Saya ingin membeli albumnya, cuma sudah terlanjur janji dengan dua saudara saya untuk membeli album Rano Karno – Bukalah Kacamatamu :-P .

Karena tidak ingin ingkar janji, saya pengaruhi adik saya untuk membeli album Bill & Brod. Kebetulan saat itu, ia memang belum punya pilihan kaset yang akan dibeli . Saya memang suka dengan vocalisnya. Wajahnya selalu riang. Saya suka ia mengenakan topi pet dan kacamata besarnya itu.

Sepanjang karirnya bernyanyi bersama Bill & Brod, saya selalu melihat Ari Wibowo tampil dalam penampilan yang hampir selalu sama. Bertopi pet, kacamata hitam besar dan mengenakan kaus bermotif garis besar di kedua lengannya. Penampilan Ari wibowo yang beda, justru baru saya lihat hampir dua puluh tahun kemudian saat ia meninggal 14 April 2011 kemarin.

Karena penasaran dan kangen sudah lama tidak mendengar kabarnya, saya browshing apa saja tentang Ari Wibowo di internet. Hasilnya, saya menemukan beberapa foto Ari wibowo tanpa pet dan kacamata hitam besarnya itu dari beberapa blog. Itu foto-foto Ari Wibowo sebelum terkenal bersama Bill & Brod. Penampilan si vokalis riang itu ternyata benar-benar beda.





————–***—————-

Awalnya Bill & brod adalah Arie Wibowo, Nyong Anggoman, Rully Bachry, Wawan Konikos dan Kenny Damayanti. Mereka mulai tenar saat meluncurkan album pertama ; Madu dan Racun. Lagu itu sebenarnya bukan lagu baru. Tahun 1975 sempat dirilis oleh Prambors Vocal Group dengan judul Bingung. Sebelum bergabung dalam Bill & Brod, Ari Wibowo memang pernah tergabung dalam Prambors Vokal Group dan Topan Groups.

Ari bersama Bill & Brod-nya mengaransemen ulang dengan menirukan sedikit gaya The Art Company saat menyanyikan lagu Suzana. Ada tepuk tangan riuh di awal lagu seperti sedang menyanyi secara live. Konsep itu ternyata mampu menggebrak pasar yang saat itu banyak didominasi lagu-lagu karya Rinto Harahap, D’Loyd dan Eddy Silitonga yang lebih mendayu-dayu. Bill & Brod tampil dengan warna yang lebih segar dan terkesan bersahabat di telinga. Album pertamanya sukses besar dan mengejutkan karena terjual lebih dari satu juta kopi. Kesuksesan itu juga diikuti album-album berikutnya dan jadi trend setter bagi penyanyi-penyanyi lain untuk menyanyikan lagu serupa yang segar.

Dalam sebuah wawancara dengan sebuah kru stasiun televisi sebelum meninggal, Ari Wibowo pernah bilang bahwa Bill & Brod sebenarnya merupakan sebuah proyek yang awalnya dikerjakan iseng-iseng saja. Ia tidak pernah memprediksi albumnya meledak. Coba lihat saja nama grupnya, Bill & Brod. Itu merupakan plesetan dari sebuah label internasional yang sudah terkenal, Billboard. Proses pembuatan album pertamanya juga tergolong singkat, cuma seminggu.

Ari Wibowo sebelumnya bernama Sidosa. Ia juga sempat punya nama Masary sebelum benar-benar beken dengan nama Ari Wibowo. Ari merupakan salah satu pioneer penyanyi di Indonesia yang memperjuangkan sistem pembagian royalty untuk penjualan album lagunya. Pada dekade 80-an dan sebelumnya, pembagian keuntungan dari hasil penjualan album penyanyi di Indonesia biasa dilakukan atas dasar kesepakatan saja atau atas dasar kebijakan produser rekaman.

Saat pembuatan proyek Album Madu dan Racun yang digarapnya bersama Bill & Brod tahun 1985 silam, ia meminta kesepakatan tertulis tentang pembagian royalti dari setiap keping album yang nantinya bisa terjual bersama produser rekaman. Walau digarap iseng-iseng, ternyata ia tetap serius memikirkan yang satu ini. Permintaannya disetujui dan ternyata albumnya benar-benar meledak. Ari dan Bill & Brod menerima Rp 100 dari setiap album lagunya yang saat itu dijual seharga Rp 1.250,- per kaset. Total penjualan album pertamanya sendiri mencapai 1 juta kopi lebih. Konsep pembagian royalty itu, akhirnya diikuti oleh penyanyi-penyanyi dan label rekaman lain di Indonesia. (***)

Thursday, April 7, 2011

Goes to Nusawiru


SAAT MEMBACA namanya di sebuah plang penunjuk arah di Pangandaran, saya langsung ingat lagu ini ;

Pulau yang indah bagai surga.

Manusia bijaksana.

Hidup penuh dengan ketenangan.

Nggak pernah salah paham.


Ini tentang nama sebuah bandara kecil di kota yang juga kecil di pesisir selatan Jawa Barat. Namanya Nusawiru.

Biar kecil, Nusawiru ternyata sudah melayani penerbangan setiap hari. Dua kali ke Jakarta dan dua kali lagi ke kota kembang, Bandung plus penerbangan pp ke bandara Tunggul Wulung – Cilacap. Seluruhnya dilayani dengan satu-satunya maskapai yang beroperasi di sana, Susi Air.

Nusawiru terletak di daerah Cijulang, kecamatan Pangandaran kabupaten Ciamis. Bandara itu merupakan bandara perintis yang hanya mampu didarati pesawat kecil berbaling-baling. Seperti Cesna atau Cassa.

Untuk mencapainya, kita juga harus melalui beberapa dusun dan desa di sepanjang garis pantai selatan Jawa. Mendekati lokasi, kita masih harus membelah keramaian pasar Parigi. Awalnya saya sama sekali tidak menyangka bahwa jalur yang sedang saya lalui itu akan berujung ke bandara Nusawiru.

Komplek bandara Nusawiru tidak begitu besar. Begitu masuk gerbang, kita langsung disambut dengan bundaran seperti alun-alun yang banyak terdapat di kota-kota di pulau Jawa. Sementara lokasi parkir kendaraannya hanya terdiri dari dua ruas yang saling berhadap-hadapan.



Bandara nusawiru juga cuma memiliki satu gedung terminal yang difungsikan sebagai terminal keberangkatan sekaligus kedatangan. Ruang check-in nya langsung berhadap-hadapan dengan pintu masuk terminal. Jadi saat membuka pintu pada jam operasi, kita akan langsung berhadap-hadapan dengan petugas check in counter :-) .



Tidak ada peralatan moderen seperti komputer untuk memeriksa daftar penumpang atau juga “ban berjalan” yang biasanya terdapat di ruang-ruang check in counter sebuah bandara dan berfungsi membawa barang bagasi milik penumpang. Yang ada Cuma satu timbangan digital untuk ukuran barang maksimal hanya 25 kilogram.

Menara pengatur lalu lintas udara bandara Nusawiru terletak di sebelah kiri bangunan terminal. Tingginya hanya dua lantai saja. Untuk menghubungkan bangunan terminal dan menara pemantau, ada sebuah koridor yang terlihat bersahaja tapi cukup rapi dan asri untuk dilihat.

Biar kecil, status bandara ini aktif karena mengoperasikan 4 penerbangan per hari. landasaan pacunya juga sudah permanen dengan panjang 1400 meter. Hanya saja fasilitas bangunannya yang minim. Nusawiru hingga saat ini masih dikelola oleh TNI.

Sampai saat ini, operasional bandara Nusawiru hanya diramaikan oleh satu maskapai saja, Susi Air. Tapi walau sudah berjadwal setiap hari, maskapai Susi Air sebenarnya belum begitu fokus menggarap pasar transportasi komersil regular di sini. Kehadirannya lebih pada kepentingan transportasi bisnis perikanan, pertanian dan jasa charter pariwisata. Kebetulan sang pemilik susi air, seorang wanita asli Pangandaran bernama Susi Pudjiastuti adalah juga seorang penggiat usaha perikanan di kota itu.

Untuk saat ini Susi Air mengoperasikan pesawat pesawat Grand Caravan 208 B, Piagio Avanti H, Pilatus Porter, Diamond DA42, dan Agusta Helicopter. Rata-rata merupakan pesawat bermesin ringan dengan tipe jet propeler yang mampu mengangkut 8 hingga 9 orang. Sementara untuk penerbangnya, Susi Air menggunakan pilot asing.

Untuk bisa terbang menggunakan maskapai Susi Air dari bandara Nusawiru, pengelola maskapai biasa menawarkan kendaraan jemputan untuk menuju ke lokasi bandara pada hari H jadwal keberangkatan kita. Travel mereka akan menjemput di lokasi tempat kita menginap. Untuk terbang ke Jakarta dengan tujuan bandara Halim Perdanakusumah, biaya yang harus kita bayar sekitar Rp. 535.000,- per orang. Sementara untuk rute ke bandara Husein Sastranegara – Bandung, biayanya sekitar Rp. 300.000 – an per orang.

********



Oh, ya, tempo hari saat berada di Pangandaran, saya juga dapat kabar bahwa bandara kecil ini segera akan direposisi oleh pemerintah propinsi Jawa Barat. Reposisi yang dimaksud adalah merubah fungsi bandara nusawiru yang semula hanya untuk mendukung sektor pariwisata, pertanian dan perikanan, menjadi bandara yang lebih kompleks secara komersil. Menurut rencana, bandara Nusawiru juga akan dijadikan salah satu home base perawatan pesawat sekaligus sekolah penerbangan, wah… :-) (***)

Maaf Tuhan, malam Ini saya berhutang seribu padanya


SAYA SELALU melihatnya, hampir tiap malam usai pulang kerja. Biasanya, ia selalu ada di sudut jalan yang sama di perempatan Kalista. Posisinya juga hampir selalu begitu. Tertidur ayam-ayaman dengan posisi duduk di bahu beton pinggir jalan. Tangannya yang memegang setumpuk koran didekapkan di dada.

Umur bocah itu saya tebak tidak lebih dari enam tahun. Masih terlalu kecil untuk menjadi seorang penjaja koran pinggir jalan. Apalagi hingga selarut ini. Tapi kondisi memaksanya untuk mau melakukan pekerjaan itu.

Malam ini, entah sudah malam ke berapa saya melihatnya lagi. Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Posisinya tetap sama ; tertidur ayam-ayaman dengan posisi duduk. Tangannya memegang tumpukan koran yang didekapkan di dada.

Sekarang, saya lebih leluasa mengamatinya. Lampu pengatur jalan sedang menyala merah. Kendaraan saya berada di posisi terdepan dalam antrian ini. Tapi, bising mesin diesel jip saya ternyata tidak cukup ampuh untuk membangunkannya. Ia tetap tertidur. Sesekali kepalanya hampir terjatuh pertanda ia sebenarnya sudah hampir terlelap.

Saat lampu pengatur jalan menyala merah, seharusnya jadi kesempatan baginya untuk menjajakan koran. Menawarkan dari satu pengemudi kendaraan ke pengemudi kendaraan lainnya. Kesempatan itu sepertinya bakal terlewatkan untuk kali ini.

Lima… sepuluh… lima belas…. dua puluh detik! Bocah itu tetap dengan posisinya.

Saya merogoh-rogoh kantong celana, mencari uang receh yang mungkin terselip sisa kembalian membeli rokok tadi siang.

“Kok nggak ada”, ujar saya dalam hati.

Tangan saya kemudian beralih ke kantong bagian belakang untuk mengeluarkan dompet. Tiba-tiba, lampu sudah berubah jadi hijau. Spontan, tangan ini beralih lagi ke laci mobil yang ada di bagian samping. Berharap ada uang recehan yang biasa sengaja saya siapkan untuk membayar biaya parkir kendaraan. Tapi, saya hanya menemukan selembar ribuan saja.

“dik, dik…. Dik” teriak saya dari balik mobil berusaha membangunkan bocah itu. Ia bereaksi dan langsung menoleh. Secepatnya ia bangkit dan kemudian setengah berlari menghampiri kendaraan saya.

“Ini ambil, ambil saja” kata saya sambil mengulurkan tangan padanya. Saya sudah harus bersiap-siap jalan. Suara klakson yang bersahutan di belakang memang sudah tidak sabar menunggu.

“Nggak, om beli saja” kata bocah itu. Ia mengambil uang di tangan saya kemudian memasukkan satu eksemplar korannya ke dalam mobil.

“korannya bawa saja” kata saya sambil berjalan perlahan dengan kendaraan.

Tangan saya mengambil koran yang tadi dimasukkannya ke dalam. Tapi bocah itu sudah beralih ke kendaraan di belakang, berusaha menawarkan korannya lagi. Sepertinya, ia berusaha memanfaatkan sedikit waktu sebelum kendaraan-kendaraan di perempatan ini benar-benar jalan. Ia ingin mengganti waktunya yang tadi terbuang karena tertidur.

Mendadak terlintas kekhawatiran terhadap bocah itu. Takut terjadi apa-apa padanya. Tubuhnya yang kecil, bisa saja tidak terlihat pengendara lain yang sedang bersiap-siap menjalankan kendaraannya lagi. Apalagi, kesadarannya juga belum pulih setelah tadi sempat tertidur sejenak.

Jika terjadi apa-apa padanya, saya akan merasa jadi orang yang paling berdosa. Sayalah yang tadi membangunkannya. Dari balik spion kendaraan, saya mengamati sampai akhirnya tubuh mungil itu menghilang ditelan malam.

“Alhamdulillah, anak itu baik-baik saja” gumam saya.

Sambil mengemudikan kendaraan menuju rumah, saya lihat lagi koran yang tadi dilemparkan bocah itu ke dalam. Saya cuma bisa tersenyum kecut saat melihat bandrol harganya : 32 halaman – Rp 2000,-

“Maaf Tuhan, malam ini saya berhutang seribu padanya”. (***)

Sebuah Permintaan dari Jimmy Wales


ISENG-ISENG mampir ke situs Wikipedia. Itu salah satu situs favorit saya beberapa tahun lalu. Banyak informasi dan wawasan baru yang saya dapat di sana. Dari segi tampilan, tidak ada yang begitu berubah dari Wiki. Situs itu masih “bersih” dari iklan dan promo-promo produk.

Tampilan awal pada situs : Wikipedia.0rg juga masih sama. Ada alternatif beragam bahasa yang bisa kita pilih untuk mengakses informasi yang ada di dalamnya. Lebih ke dalam lagi, tetap ada fitur mesin mencari yang akan menyesuaikan dengan kata kunci ensiklopedi yang kita masukkan.

Tidak ada iklan, tidak ada promosi. Dua banner yang ada di sebelah kiri adalah link untuk menuju ke dua situs turunan Wikipedia lainnya ; www.mediawiki.org dan wikimediafoundation.org.

Satu-satunya tampilan yang mungkin agak baru adalah gambar pendiri Wikipedia, Jimmy Wales yang terpampang besar di bagian atas. Tapi, Jimmy tidak sedang mempromosikan diri seperti kandidat-kandidat kepala daerah yang banyak menghiasi kepala-kepala halaman surat kabar hingga situs media dan televisi. Jimmy Wales tampil untuk menyampaikan permintaannya kepada komunitas Wikipedia. Ini tentang masa depan situs tersebut.

Ini permintaan Jimmy Wales :

Banyak yang mengganggap saya aneh ketika sepuluh tahun lalu saya mulai berbicara kepada orang-orang tentang Wikipedia. Katakan misalnya saja tentang sikap skeptis dari beberapa orang tentang pandangan saya bahwa sukarelawan dari seluruh dunia bisa datang bersama-sama untuk menciptakan sebuah wadah yang luar biasa besar dari sumber informasi dan pengetahuan manusia. Semuanya untuk tujuan yang sederhana, berbagi. Tidak ada iklan, tidak ada misi tertentu. Tanpa pamrih. Satu dekade setelah didirikan, hampir 400 juta orang menggunakan Wikipedia dan situs turunannya setiap bulan. Jumlah itu hampir sepertiga dari populasi dunia yang terhubung ke Internet. Ini adalah situs ke-5 yang paling populer di dunia saat ini. Keempat situs lainnya dibangun dan dipelihara dengan investasi miliaran dolar, pegawai perusahaan dalam jumlah besar dan pemasaran tiada henti. Wikipedia bukanlah situs web komersial. Wikipedia adalah sebuah situs komunitas yang diisi oleh para relawan untuk membuat entri dari waktu ke waktu. Anda adalah bagian dari komunitas kita itu. Dan, saya menulis sekarang adalah untuk meminta Anda melindungi dan mempertahankan Wikipedia. Dengan bersama-sama, kita bisa tetap gratis dan bebas dari iklan. Kita dapat tetap terbuka. Anda dapat menggunakan informasi di Wikipedia dengan cara apapun yang Anda inginkan. Kita bisa tetap tumbuh, menyebarkan pengetahuan di mana-mana dan mengundang partisipasi dari semua orang. Setiap tahun pada saat ini, kami menjangkau dan meminta Anda serta orang lain di seluruh komunitas Wikimedia untuk membantu mempertahankan usaha bersama kita ini dengan sumbangan sederhana $ 20, $ 35, $ 50 atau lebih. Jika Anda menghargai Wikipedia sebagai sumber informasi dan sumber inspirasi, saya harap Anda akan memilih untuk bertindak sekarang. Semua (untuk) yang terbaik, Jimmy Wales Pendiri Wikipedia P.S. Wikipedia adalah tentang kekuatan dari orang-orang biasa seperti kita untuk melakukan hal-hal yang luar biasa. Orang-orang seperti kita yang menulis di Wikipedia, terus menerus dari waktu ke waktu. Orang-orang seperti kita mendanai proyek ini, satu sumbangan pada satu waktu. Ini adalah bukti dari potensi bersama kita untuk mengubah dunia.

———–oooo————-

Dari situs wikimediafoundation.org saya dapat gambaran tentang permintaan terbuka Jimmy Wales tersebut. Obyektif pertama dan terpenting adalah untuk mempertahankan Wikipedia dan proyek-proyek mereka lainnya agar tetap gratis dan bebas iklan. Usulan donasi seperti yang disampaikannya adalah untuk membantu mendanai peralatan server, staf operasi, saluran yang lebih besar (pita lebar, broadband), dan lain sebagainya.

Tahun ini, Wiki sebenarnya juga punya rencana untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan (storage) sehingga memungkinkan menyimpan file-file video dan audio yang lebih banyak lagi.

Menurut Jimmy, donasi yang berhasil dikumpulkan nantinya juga akan digunakan untuk pengembangan beberapa perangkat lunak agar secara berkesinambungan dapat meningkatkan performa Wikipedia bagi para pembacanya, sekaligus untuk meningkatkan efektivitas kontribusi mereka. Peningkatan perangkat lunak tersebut termasuk pengembangan peralatan peningkatan kualitas, penyederhanaan antarmuka penyuntingan, peningkatan proses pemuatan media, penanganan yang lebih baik atas ragam media, statistik kedalaman, dan lain sebagainya.

Apa yang bisa kita dapatkan? Wiki menjanjikan setiap orang dapat tetap memiliki akses ke konten mereka dalam berbagai cara dan gratis. Termasuk juga untuk mengunduh materi-materi yang ada di situs tersebut. Baik itu yang berupa tulisan, audio atau video.

Yang lain, hasil donasi yang terkumpul juga akan dibagi untuk sebuah proyek menolong organisasi nirlaba lain. seperti proyek One Laptop Per Child, membantu meningkatkan akses telepon selular, menambahkan sistem eksport PDF dan membangun kerjasama strategis untuk membantu mereka yang hanya memiliki akses internet yang terbatas hingga tidak ada sama sekali.

Terakhir, namun juga yang terpenting, Wikimedia Foundation hadir untuk mendukung komunitas sukarelawan global supaya mereka dapat meningkatkan jumlah pengetahuan bebas. Sekarang, Wiki didukung oleh 19 mitra-mitra lokal. Dua yang terbaru adalah dari Brasil dan Indonesia.

Nah, itu semua memang baru bisa berjalan jika komunitas Wiki berpartisipasi penuh untuk tetap mempertahankan keberadaan situs tersebut. Keberadaan dan kelangsungan Wikipedia sekarang, sepertinya memang akan lebih banyak bergantung pada partispasi para relawannya. Termasuk mungkin anda? . (***)

Stand Up!


SAYA PERNAH mengidolakan Rick Allen. Mungkin masih sampai sekarang. Rick, si drummer yang hanya punya satu tangan itu. Beat-beat pukulan drum yang dimainkannya terdengar begitu energik, cepat, bersemangat. Padahal untuk melakukannya, saya pikir dia butuh energi lebih banyak dibanding drummer bertangan normal. Belum lagi harus melawan perasaan minder yang sangat mungkin dialami orang seperti Rick. Tapi, Rick mampu melewatinya dengan baik.

Anda yang kenal dengan Deff Leppard dan pernah dengar salah satu lagunya ; Stand Up (kick love into motion) coba putar ulang lagi. Coba Dengar beat-beat pukulan drumnya. Awal-awal tahun 90-an lalu saat pertama kali mendengarnya, saya menduga drummernya pasti gahar (garang, pen), benar-benar bisa memanfaatkan kedua tangan dan kakinya dengan sangat baik untuk menghasilkan harmonisasi pukulan drum yang energik, cepat, bersemangat. Menyatu dengan alat musik lain dan vocal dari rekan-rekan se-grupnya.

Tapi, ternyata saya salah. Rick cuma punya satu tangan dan dua kaki untuk menghasilkan pukulan drum seperti drummer-drummer normal lain. Ia menggunakan drumkit khusus yang sengaja dibuat agar ia tetap bisa menabuh drum. Ia menggunakannya sejak tahun 1984. Usai kecelakaan lalu lintas yang membuatnya harus rela kehilangan sebelah lengan.

Rick Allen punya nama lengkap Richard John Cyril Allen. Ia bergabung dengan Def Leppard tahun 1980. Semangatnya untuk tetap berkarya paska kecelakaan yang dialami benar-benar luar biasa. Rick yang piawai menggebuk drum, harus belajar lagi untuk melakukannya dengan tangan satu. Itu saya pikir bukan hal yang mudah. Belum lagi harus melawan rasa kurang percaya diri.

Tapi, Rick memang luar biasa. Cacat tidak membuatnya putus asa. Ia malah berpikir keras bagaimana cara agar biar tetap survive jadi pemusik. Rick yang pekerja keras mampu melewati masa-masa sulitnya hanya dalam waktu 6 bulan. Masa itu ia perlukan untuk membiasakan main dengan tangan 1 tangan dan mempergunakan pedal-pedal tambahan yang sengaja dirancang khusus untuknya.



Tiga tahun menyepi untuk recovery, Rick bersama Deff bangkit dengan album keempatnya. Album berlabel hysteria itu meledak di pasaran. hingga sekarang masih terus dicari dan sudah menembus angka 22 ribu copy (mercury, pen). Banyak pengamat musik dunia menilai Hysteria adalah album terbaik Deff Leppard sepanjang karier mereka.

———-OOO————



Rick dan Def Leppard adalah cerita tentang persahabatan. Hubungan mereka bukan hanya tentang bagaimana menggapai popularitas, materi dan kejayaan. Joe Elliot, Phil Collen, Rick Savage dan (alm) Steve Clark bukan sekedar rekan kerja bagi Rick Allen. Tapi sahabat-sahabat yang setia. Mereka menunggu Rick pulih dan bisa memainkan drumnya lagi. Butuh waktu tiga tahun menunggu sampai akhirnya mereka bisa mengeluarkan albumnya yang bombastis itu.

Rick dan Deff Leppard adalah sebuah konsekuensi perubahan. Aliran New Wave of British Heavy Metal yang sedari awal mereka usung, berubah menjadi lebih hard/ pop rock. Ini menyesuaikan dengan kemampuan Rick Allen paska kecelakaan yang dialami. Tapi perubahan itu justru semakin menjulangkan nama mereka. Masuknya gitaris Vivian Campbell belakangan semakin mempertegas konsep musik mereka sekarang. Terhitung sejak pertama kali muncul, grup ini telah menelurkan 13 album hingga tahun 2006 lalu. (***)

Senyum Ultraman


ANAK SAYA begitu mengidolakan sosok Ultraman. jadi saya harus mengkoleksi banyak film-film Ultraman agar dia senang. Di rumah saya juga membelikan beberapa mainan replika pahlawan asal negeri Jepang tersebut.

Kebiasaannya hampir setiap hari adalah menonton tayangan serial Ultraman yang tidak pernah bosan ia saksikan walau sudah diputar berulang-ulang. Supaya gampang, saya menyimpan saja file serial Ultraman di PC atau laptop dan membelikan beberapa kepingan dvd serial Ultraman untuk diputar di dvd player. Terserah dia mau menonton di mana. Whatever I do to make my child happy.


Tadi sore (14/ 11) sepulang jalan-jalan dari Nagoya Hill, ia langsung lari mendekati tantenya yang sedang browshing internet di rumah dan minta dicarikan gambar pahlawan favoritnya tersebut. Si tante langsung mencarikan dengan cara men-search-nya di mesin pencari google. Tapi, kenyataan yang ia dapatkan membuatnya ilfil.

Gara-garanya, Ultraman yang biasa dikenal sebagai sosok yang gagah dan dingin, tiba-tiba tersenyum…..

“butan… butan… julek… amen julek.. danti!!!

(bukan… bukan… jelek… ultraman-nya jelek… ganti yang lain)

Ia histeris dan marah saat tahu jagoan favoritnya berubah jadi berwajah konyol seperti ini…




Sepanjang malam hingga akhirnya tertidur, ia masih teringat dengan sosokUltraman yang “ternyata” bisa tersenyum itu. Untuk sementara ia enggan menonton Ultraman dan lebih memilih sosok idolanya yang lain, si konyol Bernard. (***)