Tuesday, December 23, 2008

Jangan Takut Terbang (3)


Takut terbang? Dilawan..

TERBANG ITU sebenarnya sesuatu yang asyik. Pun dalam kondisi yang tidak wajar. Yang penting kita mau belajar menikmatinya. Soal keamanan? Data dari International Civil Aviation Organization atau ICAO, sepanjang tahun 2008 yang tinggal beberapa bulan ini, baru ada satu kecelakaan fatal dari 2 juta penerbangan yang dilakukan di seluruh dunia.

Soal trauma takut terbang, diam-diam memang banyak juga orang yang mengalami. Penyebabnya bisa macam-macam. Menurut catatan di Amerika, satu dari delapan orang memilih bepergian menggunakan sarana angkutan darat dan menghindari bepergian dengan angkutan udara. Untuk beberapa alasan, ternyata di antara penyebab dasarnya adalah takut naik pesawat atau menderita trauma terbang aviophobia.


Apa penyebab rasa takut? Ini erat kaitannya dengan faktor emosi. Kita takut terhadap sesuatu yang berpotensi membahayakan diri kita. Ancaman bahaya itu bisa berupa rasa sakit, terhina dan terluka, atau bahkan kematian. Kita takut naik pesawat terbang, karena berpikir pesawat terbang tidak aman. Kita takut dalam gelap, karena dalam kegelapan banyak bahaya yang tidak bisa kita antisipasi. Kita takut pada seseorang karena bisa menyakiti kita. Kita takut untuk membaca sebuah buku kontroversial karena khawatir itu akan menggoyahkan kepercayaan lama kita. Pendek kata, segala sesuatu yang kita anggap berbahaya bisa menimbulkan rasa takut.

Takut juga bisa ditimbulkan karena kita berada dalam situasi yang tidak biasa atau membuat tidak nyaman. Bayangkan tiba-tiba Anda berada di tengah hutan rimba tanpa seorangpun di dekat Anda. Jika Anda belum pernah memasuki hutan, maka mungkin Anda akan takut. Begitupun saat Anda masuk ke sebuah daerah yang belum Anda kenal, maka bisa jadi Anda merasa takut. Singkatnya, merasa terasing bisa menimbulkan rasa takut.

Ancaman kehilangan dukungan juga bisa menimbulkan rasa takut. Bayangkan jika Anda mencuri uang orangtua Anda. Anda mungkin merasa takut ketahuan. Sebab, jika ketahuan maka Anda akan kehilangan dukungan dari mereka. Anda akan dikecam seluruh anggota keluarga. Begitu juga Anda takut menolak ajakan teman-teman Anda untuk naik gunung karena Anda khawatir akan kehilangan teman-teman Anda. Seorang istri takut melawan kekerasan suaminya karena was-was akan diceraikan!

Kembali ke soal ketakutan untuk terbang, ketika dibandingkan dengan semua jenis transportasi dan jumlah korban per kilometer, maka transportasi udara sebenarnya jadi yang teraman. Bahkan tingkat kecelakaan yang diakibatkan menyeberang jalan sekalipun, sesuatu yang kita lakukan hampir setiap hari dan berkali-kali, jauh lebih tinggi dibandingkan kecelakaan penerbangan.

Walaupun begitu, seseorang yang punya ketakutan i-rasional tentang terbang, mungkin masih harus diyakinkan untuk mau terbang. Faktanya, memang banyak orang merasa takut untuk tebang. Ada beberapa alasan seperti takut/phobia ketinggian, phobia berada dalam ruang tertutup, takut karena tidak memiliki kendali atas pesawat dan lain-lain. Tapi yang menarik dari hasil sebuah penelitian, ternyata akar masalahnya bukanlah takut pesawatnya jatuh. Melainkan rasa takut kehilangan kendali ketika meninggalkan tanah.
Beberapa tahun belakangan, saya juga punya phobia ketakutan baru. Saya takut jadi penumpang kendaraan, baik itu mobil atau motor. Awalnya saya bingung. Ini kenapa, kok tiba-tiba saja munculnya? Ambil contoh saat saya duduk di sebelah teman yang sedang mengemudikan mobil. Tanpa disadari, saya sering menginjak-injak lantai kendaraan saat mobil melaju kencang, Seperti sedang menginjak pedal rem. Sesekali saya juga sibuk memberikan aba-aba bila ada sesuatu atau seseorang yang saya anggap rawan tertabrak kendaraan kami. Mata saya juga selalu awas memandang ke depan. Kenapa bisa begitu? Setelah dipikir-pikir, saya jadi tahu jawabannya. Saya takut terjadi sesuatu karena kendali kendaraan tidak berada pada saya! Ada perasaan tidak yakin bila orang lain yang memegang kendali atas keselamatan kita. Masalahnya, saya sebenarnya bisa mengendalikan kedua jenis kendaraan itu..
Cara mengatasinya menurut saya, ya dilawan. Ketakutan adalah sesuatu yang sangat individual. Cara paling ampuh untuk mengatasinya adalah dengan melawan rasa ketakutan itu. Dengan mengetahui kenyataan ini, mungkin anda dapat sedikit mengurangi ketakutan tersebut. Memang tidak bisa serta merta dan langsung. Perlahan-lahan dan yang penting ada kemauan. Selamat terbang!! (bintoro suryo/ berbagai sumber)

Monday, December 15, 2008

HNABC, Komunitas Bersepeda ke Tempat Kerja (2)


Biker Minta Parkir Khusus

Bersepeda ke kantor punya banyak sisi positifnya. Namun sampai saat ini para pengguna sepeda mengaku banyak sekali kendalanya. Salah satunya tidak adanya fasilitas parkir sepeda di tempat-tempat umum.



‘’Sekarang kami sedang gencar mensosialisasikan bike to work dan kami ingin ke depan, di Batam ada fasilitas parkir sepeda di tempat-tempat umum, seperti mall, instansi. Untuk mewujudkannya tentu sangat perlu dukungan dari pemerintah,’’ ujar Djohan.

Dengan adanya fasilitas parkir sepeda di tempat umum, Djohan yakin akan semakin banyak pengguna sepeda yang bersepeda dalam aktivitasnya, termasuk saat pergi ke pusat perbelanjaan.


Hal senada juga diungkapkan oleh Kholil Wahyudi. Menurut Wahyudi, di Batam belum ada tempat parkir sepeda. Tak seperti di Hongkong. ‘’Di sana (Hongkong, red) sudah ada parkir khusus sepeda yang dilengkapi dengan besi. Sepeda kita diikat ke besi itu supaya jangan dicuri,’’ kata Wahyudi.


Karena belum ada parkir sepeda, Wahyudi menuturkan sementara ini sepedanya diparkirkan sementara di depan kantornya di Bandara Hang Nadim. Selain fasilitas parkir sepeda, Wahyudi juga terkendala tidak adanya fasilitas shower untuk ganti baju. Gara-gara ini Wahyudi baru menggunakan sepeda saat pulang kerja saja dengan ditemani sang sopir yang mengikutinya dari belakang dengan mobil.


‘’Sebenarnya saya mau juga pergi ke kantor pakai sepeda. Tapi kondisinya kurang memungkinkan. Disini tidak ada fasilitas shower dan ruang ganti baju. Di Jakarta sudah ada. Kalau disini sudah ada fasilitas shower, saya mau juga pergi ke kantor pakai sepeda’’ ujar Wahyudi.


Sebagai orang yang kesehariannya melayani orang, Wahyudi dituntut untuk berpenampilan apik. ‘’Kurang nyaman rasanya, saat melayani tamu, badan kita keringatan karena habis bersepeda ke kantor,’’ ujar ayah dari tiga anak yaitu. Bima (12), Bintang (7) dan Belia (4)


Kendala lainnya juga terjadi dijalanan. ‘’Kita yang pakai sepeda masih belum dihargai oleh motor dan mobil. Mereka suka main serobot, padahal itu berbahaya bagi pengguna sepeda,’’ keluh Wahyudi.


Saat melaju di jalan raya dan bersaing dengan motor dan mobil, kata Wahyudi para pengguna sepeda juga dilengkapi dengan perlengkapan standar keselamatan bersepeda. Di antaranya pakai helm, sarung tangan, sport dan lampu kedip.


Kendati banyak kendala, namun semangat bersepeda tetap membara. Kini, setiap Wahyudi akan pergi kerja, sekarang yang dibawa tidak hanya tas dan laptop, namun dibawa juga sepeda road bike yang akan dipakai setiap Wahyudi pulang ke rumah.
Kecintaannya pada sepeda membuat Wahyudi punya koleksi sepeda. Saat ini dia punya tujuh (7) sepeda, jenis mountain bike dan road bike. (andriani susilawati)

HNABC, Komunitas Bersepeda ke Tempat Kerja (1)


Off Road, Free Style Hingga Hemat BBM

Bersepeda ke kantor ternyata mengasyikan. Itulah kesan yang diungkapkan Kholil Wahyudi salah satu anggota Hang Nadim Airport Bicycle Community (HNABC). Selain sebagai sarana olahraga praktis untuk kesehatan tubuh. Bersepeda juga jadi sarana rekreasi penghilang stres.

Mereka yang tergabung dalam komunitas bersepeda di Bandara Hang Nadim suka ngumpul untuk bersepeda bersama. Mereka bahkan melakukan off road di jalan terjal yang menanjak di daerah Batam Centre. Buat yang jago bersepeda, boleh menunjukkan kebisaannya, free style dengan melompati deretan beberapa orang.

Kholil Wahyudi yang bekerja sebagai Kepala perwakilan Riau Airlines sudah enam bulan rutin bersepeda dari tempat kerjanya di Bandara Hang Nadim ke rumahnya di Citra Batam.


”Asyik mbak. Pikiran yang berat sehabis bekerja langsung hilang. Saat sampai di rumah tidak ada beban lagi. Positifnya lagi, kita tidak perlu lagi buang waktu dan duit untuk pergi fitness,” ujar Yudi begitu pria ini disapa.


Menurut Yudi, pertama kali menggunakan sepeda memang terasa capek. Namun semakin lama rasa capek itu hilang sendiri dan berubah jadi asyik. Sekarang Yudi malah suka ambil rute jarak yang lebih jauh yaitu dari Bandara Hang Nadim, ke simpang Kabil, simpang jam, simpang BNI Batam Centre lalu ke rumahnya di Citra Batam. ’’Waktu yang dihabiskan dengan bersepeda kira-kira 40 menitan,’’ ujarnya.


Hobi bersepeda juga ditularkan Yudi kepada rekan kerjanya, Agus. Oleh Yudi, Agus dipinjamkan sepeda dulu. Maksudnya agar sang rekan yang tinggal di Puri Legenda ikut menyukai pergi ke kantor dengan sepeda.


Kata Yudi, para penyuka sepeda memang punya banyak pilihan untuk model sepeda. Harganya-pun lumayan menyedot kantong, khususnya sepeda yang bermerek dunia, Giant, Trek dan Cannondale. ‘’Harganya berkisar Rp2 juta hingga belasan juta,’’ ujar Yudi. Tapi bagi yang mau irit, bisa juga memiliki sepeda eks Singapura yang harganya lebih murah.


Selain Wahyudi, dan Agus, ada Djohan yang juga bekerja di Bandara Hang Nadim ikut bergabung dalam HNABC. Sudah tiga bulan ini Djohan menjalankan kebiasaan barunya yaitu pergi ke kantor dengan menggunakan sepeda. Rumahnya di komplek Rajawali yang tidak jauh dari Bandara Hang Nadim memberinya peluang untuk selalu pergi ke kantor pakai sepeda setiap hari.
Seperti pagi itu. Cuaca yang tampak cerah mendorong Djohan pergi ke tempat kerja dengan menggunakan sepeda. Setiap pagi, penampilan Djohan terlihat berbeda dari kebiasaan orang yang pergi bekerja. Djohan memakai T-shirt dipadu celana panjang. Sementara pakaian kerjanya justru dimasukan dalam tas punggung yang dibawanya. Kendaraannya yang dimilikinya ditinggal di rumah.


Djohan yang juga pengurus HNABC mengatakan pihaknya tidak hanya mengajak pegawai Bandara saja yang bersepeda ke tempat aktivitas. Tapi juga mengajak masyarakat Batam untuk bersepeda ke kantor, khususnya mereka yang punya tempat tinggalnya dalam radius 10 km dari tempat bekerja.


Banyak sekali kegunaannya dengan bersepeda ke kantor. Salah satunya sebagai sarana olahraga praktis untuk kesehatan tubuh. Selain itu kita juga ikut menjaga lingkungan karena tidak menimbulkan polusi. ‘’Selama ini kita banyak berkoar-koar harus hemat BBM, kami yang bersepeda justru sudah jelas hemat BBM,’’ kata Djohan. (andriani susilawati)

Usaha Musiman di Musim Haji (2)

Tidak cuma oleh-oleh haji yang bisa diborong oleh para jamaah haji. Di Pasar Arab ala Batam juga tersedia jasa foto digital. Jasa foto digitalnya merupakan spesialis foto kenangan tanah suci, khususnya dengan latar pemandangan Masjid Nabawi di Madinah dan Masjidil Haram di Mekah, Arab Saudi.

”Kalau di sana (Arab Saudi, red) kan dilarang ambil foto. Di sana bukan tempat rekreasi, tapi tempat ibadah,” ujar Abdul Aziz, penjaga jasa foto digital.


Karena di tanah suci tidak bisa berfoto-foto, tapi banyak di antara jamaah yang ingin punya kenangan di tanah suci. Maka mereka melirik jasa foto digital yang ditawarkan oleh Abdul Aziz di Pasar Arab ala Batam. Proses potret memotretnyapun gampang. ”Bagi para jamaah haji yang tertarik ingin buat kenangan di tanah suci, cukup difoto wajahnya saja,” kata Abdul.

Setelah itu, foto wajahnya akan ditempel ditubuh orang lain yang berpakaian haji ataupun pakaian arab dengan suasana dan latar belakang Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Abdul Aziz menyediakan 31 pilihan pose tubuh. Jamaah tinggal memilih salah satunya.


Untuk latarbelakangnya suasana Arabnya ada dua pilihan yaitu Masjid Nabawi atau Masjidil Haram. Selanjutnya, proses pembuatan foto kenangan di tanah suci dilakukan pakai program komputer.


Untuk ukuran foto kenangan di Tanah Suci tersedia beragam pilihan. Ada ukuran foto 10 R tarifnya Rp75 ribu, dan ukuran foto 24 R tarifnya Rp300 ribu. Menurut Abdul Aziz, para jamaah yang ingin punya kenangan di tanah suci lewat foto, sebagian besar sudah pesan sejak sebelum keberangkatan haji.


”Satu hari ini sudah 30 jamaah yang pesan. Fotonya baru akan siap 3 hari. Mereka baru bisa bawa foto kenangannya saat pulang haji nanti. Selain itu bisa juga mencantumkan tulisan gelar haji di depan namanya,” kata Aziz kepada Batam Pos, akhir pekan lalu.


Meski foto kenangan tersebut palsu, tapi kalau tidak diperhatikan secara seksama, fotonya terlihat hampir natural. ”Jamaah memang tidak benar-benar berfoto di tanah suci, namun latar foto yang jamaah pilih merupakan salah satu tempat yang pernah disinggahi oleh mereka,” lanjut Aziz.


Uniknya, yang tertarik membuat foto kenangan di tanah suci ternyata bukan hanya jamaah haji, pengunjung Pasar Arab ala Batam yang belum menunaikan ibadah haji juga bisa membuat foto kenangan dengan suasana Arab. Yang membedakan di foto tersebut hanya bertuliskan nama lengkap saja. Sementara yang benar-benar sudah menunaikan haji, difotonya tertulis lengkap dengan gelar Haji atau Hajjah-nya.


Capek jalan-jalan di Pasar Arab, kita juga bisa istirahat sambil menikmati pijat refleksi. Soalnya di Pasar Arab juga tersedia jasa pijat refleksi. Awalnya stand jasa refleksi ini diadakan hanya untuk pegawai asrama haji yang pegal-pegal karena beraktivitas seharian mempersiapkan keberangkatan atau kepulangan jamaah haji. Tapi rupanya belakangan banyak para jamaah haji yang juga memanfaatkan jasa pijat refleksi. (andriani susilawati)

Usaha Musiman di Musim Haji (1)

Pasar Arab di Batam Setahun Sekali

Disebut ”Pasar Arab” karena hampir semua barang-barang yang dijual di sini berbau arab. Mulai dari air zam-zam kacang Arab, souvenir khas Arab seperti boneka unta juga tersedia. Satu lagi, kita juga bisa mendokumentasikan diri dengan suasana dan latar belakang arab. Pasar Arab ini hanya muncul satu tahun sekali di musim Haji. Lokasinya di tempat pemondokan Jamaah Haji, Asrama Haji Batam.


Siang itu terik matahari menyengat kulit tubuh. Dani salah satu yang berjualan di Pasar Arab terlihat sibuk menata dagangannya. Dani baru seminggu membuka lapaknya di musim Haji tahun ini. Dia sudah membayangkan akan mendapatkan keuntungan yang lumayan, seperti musim Haji tahun lalu.

Karena itupula, di musim Haji tahun ini, Dani jadi tertarik kembali berjualan dan berharap bisa meraup rezeki di Pasar Arab. Sejak sebulan sebelum jamaah haji datang di Asrama Haji Batam, Dani sudah sibuk mengajukan proposal untuk ikut berjualan bersama pedagang musiman lainnya. ”Ini sudah ke-6 kalinya saya berjualan disini. Dulu waktu pertama berjualan di sini, awalnya karena cuma ingin tahu cara berhaji,” ujar Dani.


Dani yang menempati lapak berukuran 3x 4 meter beratap tenda di Pasar Arab’ menyediakan barang-barang berbau Arab. Salah satunya untuk oleh-oleh Jamaah Haji yaitu air zam-zam, kacang arab, buah kurma, T-shirt bergambar kabah, mukena, sajadah, hingga tasbih.


Seperti tradisi saat berhaji pada tahun-tahun sebelumnya, tidak semua oleh-oleh haji dibawa para jemaah dari tanah suci. Banyak jemaah haji Indonesia, termasuk jemaah haji Batam-Kepri yang membeli oleh-oleh haji di Pasar Arab’ ini. Tidak heran meski para jamaah belum selesai berhaji, di antara mereka sudah banyak yang pesan barang-barang berbau arab untuk oleh-oleh haji.


”Sudah, sudah banyak yang pesan. Ada sekitar 26 jamaah, mereka banyak pesan kurma dan air zam-zam. Untuk air zam-zam, ada yang pesan 10 liter, mereka pakai uang muka dulu Rp50 ribu, ada juga yang uang muka Rp200 ribu. Ada juga yang pakai uang muka Rp20 ribu, beda-beda,” kata Dani.


Selain menyediakan oleh-oleh berbau Arab, Dani juga menawarkan jasa untuk memperkuat tali tas para jemaah haji. ”Tali jemaahnya harus kuat, isinya banyak barang-barang penting. Ada uang dan surat-surat penting. Bisa gawat kalau pas di tanah suci nanti tali tasnya putus,” katanya.


Menjadi penjual musiman di musim Haji cukup menggiurkan. Seperti tahun lalu misalnya. ”Omsetnya bisa mencapai Rp4 juta setiap hari. Tapi tahun ini menurun, Rp1 juta-Rp1,5 juta per hari. Mungkin karena sekarang masih keberangkatan haji belum proses kepulangannya,” ujar Dani mengira-ngira. Selain di musim haji, Dani biasanya menjual barang dagangan di tokonya di Nagoya Hill.


Penjual musiman lainnya adalah Lena. Siang itu Lena terlihat sedang melayani para pembelinya yang tidak lain para jemaah haji. Barang-barang berbau arab ditata rapi di stannya yang diberi nama PWNU (Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama). Mulai dari air zam-zam, kurma, kacang Arab, satu set tempat minum berwarna emas, boneka unta dan lainnya.


Di standnya terlihat deretan air zam-zam beragam ukuran. Mulai dari ukuran 10 liter, 5 liter, 300 ml juga ada botol-botol imut ukuran 50 ml yang dijual per 2 lusinan (24 buah botol). ”Botol-botol ukuran 50 ml ini untuk diisi air zam-zam untuk bagi-bagi pada keluarga,” ujar Lena.


Air zam-zam yang didapat dari distributor air zam-zam di Jakarta dipatok dengan harga bervariasi. Air zam-zam untuk ukuran 10 liter dijual Rp360 ribu, air zam-zam 5 liter dijual Rp260 ribu dan air zam-zam 300 ml dijual Rp20 ribu. Di stannya juga tersedia kurma dengan empat kualitas berbeda. Pertama kurma Palm Fruit Rp40 ribu perkotak, lalu kurma Lulu Super Rp40 per kg, kurma Nagal Rp30 ribu per kg, dan kurma Tunisia Rp45 ribu per kg.


”Yang paling banyak dibeli air zam-zam dan kurma, air zam-zam ini hanya untuk tambahan saja,’’ kata Lena. Soalnya saat pulang dari berhaji, para jemaah membawa air zam zam dibatasi jumlahnya. Jemaah haji cuma bisa membawa 5 liter air zam-zam.


Stand lainnya Ikhwan Colection juga menjual aneka aksesoris berbau arab,buku-buku doa, kurma dan air zam zam. Untuk kurma, stan Ikhwan menjual kurma Sayer Al Dafra dengan harga Rp250 per 10 kg dan kurma jenis Madinah yang dijual Rp300 ribu per 10 kg. ”Baru 6 jemaah yang pesan air zam-zam,’’ ujar Ifyat. Menurut Ifyat, selain kurma dan air zam-zam, oleh-oleh lain yang cukup diminati adalah souvenir seperti gantungan kunci bergambar kabah, juga oleh-oleh inai arab untuk menghias kuku.


Di depan Stan Ikhwan Colection ada stand Al Mabrur yang menyediakan komplit perlengkapan haji tampak ramai didatangi jamaah. Saat itu, si pemilik stan Al Mabrur, Jalinus terlihat sibuk menawari barang dagangannya. ‘”DP (uang muka, red) saja dulu pak, Ini kurma kualitas bagus. Daging tebal bijinya kecil, kami jual murah meriah, mumpung masih keberangkatan. Kalau pas kepulangan nanti harganya lain lagi,’’ kata Jalinus merayu seorang jamaah.


Di stand Al Mabrur tidak hanya menjual oleh-oleh haji. Tapi juga menyediakan perlengkapan haji. Salah satunya sepatu jemaah haji berwarna putih, kacamata hitam, kacamata minus, kacamata plus, penguat tali tas, kaos tangan hingga kaos kaki. Banyak jemaah yang tertarik membeli kacamata hitam. ‘’Katanya disana berpasir dan panas, makanya saya beli kacamata untuk pelindung. Kalau air zam-zam untuk oleh-oleh, biar tidak terlalu berat bawa dari Arab,’’ kata Hasibuan, seorang Jamaah Calon Haji asal Riau yang tertarik membeli oleh-oleh.


Di sela-sela kesibukan jamaah menawar barang, jemaah lainnya memilih memperkuat tas mereka. Jasa penguat tali tas jemaah haji ini laris manis. ”Dalam sehari ini sudah ada 30-an yang minta talinya diperkuat dengan paku. Tali ini juga ada tulisannya jemaah haji Batam, jadi bisa sebagai identitas kalau hilang,’’ kata Jalinus.


Menurut Kabid Operasional Asrama Haji Batam Drs Wawan Setiawan, keberadaan para penjual di Asrama Haji Batam dimaksudkan untuk mempermudah para jamaah haji dalam mendapatkan berbagai keperluan jamaah haji. Khususnya perlengkapan mereka saat menunaikan ibadah di Arab Saudi. Juga termasuk memudahkan mendapatkan oleh-oleh, sehingga jemaah haji tidak perlu berat-berat membawa kurma atau kacang arab dari Arab Saudi.


”Kalaupun saat di Arab Saudi mereka (jamaah haji, red) tidak punya kesempatan membeli oleh-oleh, di sinilah kesempatan terakhir mereka bisa mendapatkan oleh-oleh haji untuk dibagikan pada keluarganya,’’ ujarnya.


Menurut Wawan, sebenarnya di Asrama Haji Batam tidak diperkenankan untuk area bisnis. Namun karena banyak jemaah yang memerlukannya, maka diberlakukan kebijakan bahwa beberapa stan penjualan perlengkapan haji boleh berjualan di Asrama Haji, seperti tahun-tahun sebelumnya. Apalagi dari pengalaman jamaah haji di tahun-tahun sebelumnya. Banyak para jemaah haji yang membeli oleh-oleh dari tanah suci. Tapi ternyata begitu masuk pesawat, kelebihan bagasi. Alhasil oleh-olehnya dengan terpaksa ditinggalkan begitu saja.


Meski diperbolehkan adanya penjualan perlengkapan haji dan oleh-oleh haji, tapi jumlah stannya dibatasi. Hal itu demi menjaga ketertiban dan kenyamanan para jemaah. Jumlah stannya hanya ada 24 stan di area halaman Asrama Haji dan 7 stan lainnya berlokasi di dalam Asrama Haji.


Pengelola Asrama Haji mematok ongkos sewa stanpun sangat murah. Sewanya cuma Rp2 juta untuk stan berlokasi di halaman asrama haji. ‘’Saya kira sewa stan disini sangat murah. Rp2 juta untuk 50 hari dan jika dihitung-hitung, sewanya cuma Rp40 per hari, murah sekali, ‘’ kata Wawan.


Demikian juga untuk sewa stan di dalam Asrama Haji yaitu Rp5 juta dengan ukuran 5 x 7 meter. Untuk stan yang di area dalam Asrama Haji, selain fasilitas listrik, penjualnya juga bisa sekalian tinggal. Soalnya tempat jualannya didalam ruangan, tempatnya juga jauh lebih nyaman dibanding yang berjualan di luar, hanya pakai tenda saja.


Sewa stand yang murah dan keuntungan yang lumayan membuat banyak pihak berbondong-bondong ingin berjualan di musim haji tahun ini. Mereka yang ingin berjualan rata-rata mengajukan proposal jauh-jauh hari. ‘’Sampai saat ini bahkan masih ada yang masih mengajukan proposal ingin berjualan. Total yang mengajukan ada 50-an. Tapi kami tidak bisa menambah stan lagi,’’ kata Wawan.


Mereka yang terseleksi merupakan penjual yang membawa bendera organisasi islam seperti PWNU(Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama), dan pedagang kecil serta mereka yang dianggap bisa ikut menjaga ketertiban dan keamanan di Asrama Haji Batam.


Karena didasari ingin membantu para jemaah dengann ongkos sewa stan yang murah, maka pengelola Asrama Haji memberi catatan kepada para pedagang musiman haji jangan terlampau mengambil untung besar. ‘’Kami memang tidak menentukan harga sampai terperinci tiap barangnya. Untuk jual barang seperti biasanya. Ada proses tawar menawar harga barang, kalau jemaah sudah sepakat harga, bisa langsung membelinya,’’ kata Wawan


Adapun khusus penjualan air zam-zam untuk oleh-oleh di Asrama Haji Batam, Wawan mengatakan kebijakan tersebut masih terus dikaji. Hal ini mengingat adanya kebijakan pemerintah Arab Saudi, bahwa di Arab Saudi, air zam-zam tidak untuk diperjualbelikan. ‘’Di sana (Arab Saudi, red) jamaah haji dipersilahkan mengambil air zam-zam semaunya. Silahkan ambil air zam-zam sesuai kemampuan mereka,’’ katanya.


Mengingat dan mempertimbangan kebijakan kalau air zam-zam tidak untuk diperjual belikan, maka pengelola asrama haji akan membuat kebijakan baru terkait air zam-zam untuk musim haji tahun depan. ”Untuk tahun depan mungkin tidak akan ada lagi penjualan air zam-zam. Soalnya air zam-zam sebenarnya tidak untuk diperjualbelikan,” katanya.


Wawan menambahkan para pedagang musiman di Asrama Haji Batam tidak diperbolehkan untuk menjual makanan siap saji. Hal itu dimaksudkan demi menjaga kesehatan para jemaah yang tinggal sementara di Asrama Haji saat akan pergi menunaikan iba dah haji ataupun saat pulang setelah menunaikan ibadah haji nanti. ”Untuk makanan jemaah haji kita awasi. Disini aturannya makanan dari luar dilarang dibawa masuk ke asrama haji,’’ ujarnya.


Kendati demikian, khusus untuk para keluarga jemaah haji, bisa mendapatkan makanan di beberapa stan makanan yang lokasinya ada di areal Masjid Raya, tepatnya persis di depan gerbang Asrama Haji Batam. Keluarga jemaah yang datang bisa membeli makanan untuk mereka sendiri di stan-stan makanan yang ada di areal masjid raya Batam.


Selama musim haji ini, keluarga yang ingin masuk ke area pemondokan haji tidak bisa dengan bebas masuk. Ada penjagaan ketat oleh pihak keamanan Asrama Haji dipintu asrama haji. Siapapun yang ingin masuk ke asrama haji harus terlebih dulu lapor pada petugas keamanan yang berjaga. (andriani susilawati)

Monday, December 1, 2008

Jangan Takut Terbang (2)


Catatan berbagi untuk yang punya gejala aviophobia.(cerita lain tentang terbang)

Pesawat Bermesin Tempel

NAIK PESAWAT bermesin tempel? Saya tidak pernah membayangkan atau punya niat sebelumnya. Bukan karena takut ketinggian. Bukan juga karena pesawat ini benar-benar terbuka tanpa penutup. Tapi, karena kita harus bisa memperhitungkan dengan cermat jarak tempuh yang harus kita lalui dengan stok bahan bakar yang tempatnya sangat terbatas. Salah hitung, bahan bakar bisa habis dan mesin mati di udara.

Pesawat yang saya ceritakan ini adalah jenis pesawat penjelajah jarak pendek yang hanya mampu terbang beberapa ratus meter di atas udara. Bodynya hanya berupa rangka besi dan penutup sayapnya terbuat dari bahan seperti kanvas yang ringan. Mesinnya adalah mesin tempel dengan baling-baling di bagian belakang kokpit. Kapasitasnya cuma dua orang. Satu untuk pilotnya, satu lagi untuk penumpangnya yang dalam kondisi kepepet juga bisa bertugas sebagai co-pilot!!


Untuk menerbangkannya tidak perlu landasan khusus yang panjang. Saya bersama seorang instruktur terbang pesawat jenis itu, hanya memanfaatkan sebuah lapangan bola. Itu juga tidak terpakai seluruhnya, hanya ¾ bagiannya saja. Untuk bisa ikut terbang dengan pesawat seperti ini, biasanya pengelola atau pemilik pesawat memberi bandrol harga $ Sin 500 per jam terbang pada konsumennya. Tapi saya dapat terbang gratis.

Saat awal mencoba, rasanya : its amazing. Tidak percaya bisa terbang dengan “pesawat bo’ongan” seperti itu. saya pula yang jadi kopilotnya! Kami terbang dari sebuah lapangan bola di daerah Marina – Batam. Saat pesawat mulai terangkat, saya seperti tidak percaya ;

“ Ini beneran bisa terbang?” teriak saya pada sang instruktur saat itu.

“Ya bisa, tidak percaya? Ini kita sudah separuh terangkat. Nanti kita ke arah Barelang”, sahutnya kencang untuk melawan gerungan suara mesin yang persis ada di belakang kami.

Benar saja. Beberapa detik kemudian kami sudah di udara. Instruktur mengontrol arah terbang menggunakan sebuah tangkai tuas yang ada di antara tempat duduk kami. Sementara kecepatan dikontrol melalui sebuah tuas yang ada di ujung kakinya. Tuas yang sama juga ada di ujung kaki saya.

“Kita kemana”, teriak saya.

“Barelang”, jawabnya.

“Bahan bakarnya cukup?”

“Gampang, kalau habis nanti kita mendarat darurat saja!”

Nah lho… mendarat darurat. Saya tidak pernah membayangkan bakal mendarat darurat dalam penerbangan perdana menggunakan “pesawat bo’ongan” seperti ini. Di samping saya, Ia terlihat santai saja dan terus memandang ke depan. Wajahnya, sama juga dengan wajah saya terus ditebas-tebas terpaan angin yang kencang.

5 menit perjalanan udara ke arah Barelang, mesin mendadak mati. Saya langsung teriak histeris sementara si instruktur tertawa-tawa. Ternyata bukan masalah pada bahan bakar atau mesin, tapi saklar mesin memang sengaja dimatikan. Pesawat bo’ongan yang kami tumpangi kemudian melayang-layang di udara. Pengontrolan hanya dilakukan melalui tuas yang ada di tangannya.

“Saya pernah mendarat darurat di sana”, katanya sambil menunjuk sebuah bukit gundul.

“Mulus?”

“Tidak, pesawat ini nyangkut di pohon”.

“Bagaimana menerbangkannya lagi?”

“Saya preteli dulu, kemudian baru dirakit lagi di tanah yang datar”.

Instruktur kemudian menyalakan lagi mesin pesawatnya. Kami terbang berputar-putar selama beberapa menit ke depan hingga mendekati jembatan IV dan mulai melakukan manuver berbalik arah. Saat dalam perjalanan pulang, mesin pesawat mendadak mati lagi. Tapi kali ini saya tidak teriak histeris. Pasti ulah si instruktur untuk menghemat bahan bakarnya lagi. Tapi kemudian,

“Bahan bakar habis”, teriaknya.

“Hah, bercanda kan”.

“Tidak, kali ini benar-benar habis”,

“ Terus bagaimana ini?”

“Kamu yang pegang kontrol tuas ini, saya isi bensinnya sebentar”, ujar si instruktur sambil tubuhnya bergerak ke arah belakang untuk meraih sebuah jerigen tanggung ukuran 5 liter.

Saya tidak pernah ikut kursus terbang, termasuk juga menerbangkan pesawat “kertas” seperti ini. Jadi saya hanya melakukan naluri saja untuk mengontrol pesawat yang sedang melayang-layang di udara menggunakan tuas pengontrol. Sementara si instruktur sibuk mengisi bahan bakar kemudian mencoba menghidupkan mesin kembali.

Awalnya saya pede saja mengontrol jalannya pesawat. Tapi begitu pesawat terus mengarah turun perlahan ke bawah, saya mulai khawatir. Walau pakai naluri sekalipun, saya tidak yakin bisa mendaratkan pesawat kertas ini di tempat yang bagus dengan mulus. Sesekali saya lihat si instruktur yang sedang coba menghidupkan mesin dengan posisi tubuh agak dibalikkan ke belakang. Yang saya rasakan sepertinya bukan rasa ketakutan. Tapi adrenalin yang bergerak semakin cepat, menegangkan! Satu menit, dua menit, tiga, empat dan akhirnya, mesin bisa hidup... ketinggian kami hanya tingal seratus meteran saja. Sang instruktur kemudian mengambil alih tuas pengontrol dan mulai melakukan manuver untuk bergerak ke titik awal kami berangkat. Yesss. (bintoro suryo)