Tuesday, June 23, 2009

Membeli Mimpi

MEMBELI MIMPI, membawa khayalan jadi kenyataan secara instan dapat dilakukan bila kita punya uang. Kita tidak perlu melalui sebuah proses yang panjang, berliku-liku atau menghabis-habiskan waktu, walau mungkin sebenarnya di sanalah seninya.

Seorang rekan bisa membeli mimpinya untuk mengkoleksi kendaraan-kendaraan tua. Paling tidak, saat ini ia sudah memiliki dua unit vespa ; 1 langsiran tahun 1964 dan 1 lagi tahun 1970, satu unit motor Honda CG tahun rakitan 1978 dan satu unit sedan Toyota corona buatan 1986.

Ia mewujudkannya setelah sekian tahun bekerja dan kondisi ekonominya lumayan mapan. Dengan apa? Dengan uang. Awalnya memang begitu. Namun sebagai kolektor, dana cuma salah satu upaya saja untuk memulainya. Yang lain adalah keuletan dan kesabaran sang teman untuk membuat kendaraannya bisa menjadi layak pakai dan membuat spesifikasinya seperti baru lagi.

Ia melewati tahapan-tahapan proses dalam menjalankan kesenangannya itu. karena dilakukan dengan rasa senang, ikhlas dan bersungguh-sungguh, Sampai kini koleksinya masih tetap awet. Apa yang diperolehnya dari kesenangannya itu? Kebanggaan, kepuasan dan sebagai bentuk aktualisasi diri. Inilah saya… Seperti inilah kesenangan saya.. dan sebagainya dan sebagainya…..

William Wallace, seorang tokoh epic sejarah bangsa Skotland juga punya mimpi. ; kebebasan (freedom). Mimpinya adalah menjadikan bangsa Skotland sebagai bangsa yang bebas dari tekanan dan kekuasaan Inggris Raya. Ia membelinya dengan cara yang berbeda.Berjuang dengan tenaga, pikiran`hingga darah bahkan nyawanya sendiri. Walau hingga akhir hayat mimpi Wallace tidak pernah terbeli dan Skotlandia tetap masih dalam pengaruh Inggris Raya, proses perjuangannya tetap dikenang rakyat Skotland sampai kini..

Kiprah perjuangannya juga menarik perhatian seorang sutradara Hollywood yang kemudian membuat sebuah film tentang kepahlawanan sang legenda. Terlepas dari beberapa sisi yang melenceng dari fakta sejarah, film itu sangat layak tonton. Cerita tentang seorang pahlawan yang berusaha membeli mimpi kebebasannya dengan darah, air mata bahkan nyawa sendiri. Tapi mimpinya itu dikalahkan dengan obsesi lain dari seseorang bernama George The Bruce yang malah membeli mimpi dengan cara yang lebih mudah, pengkhianatan! Anda mungkin pernah menonton filmnya ; Braveheart. Kisahnya diperankan dengan sangat baik sekali oleh Mel Gibson.

Soal membeli mimpi ini, anda mungkin juga pernah mendengar tentang negara terkecil di dunia. Vatikan? Bukan, tapi Sealand!! Negara yang berdiri di atas tiang-tiang pancang beton Roughs Tower di atas laut dalam radius 12 nautical-mile. Roughs Tower terletak sekitar 10 km lepas pesisir Suffolk, Inggris pada koordinat 51°53′40″ LU, 1°28′57″ BT. Luasnya hanya 550 m². keberadaannya saat ini memang masih kontroversi. Yang mengakui Sealand sebagai Negara hanya warganya sendiri. “Negara tetangga” seperti Inggris tidak pernah mengakui kedaulatan Sealand.

Dulunya, Sealand adalah sebuah rik besar untuk yang dipergunakan oleh angkatan laut Inggris dalam perang dunia kedua. Sejarah Sealand dimulai ketika Inggris yang khawatir terhadap kekuatan Jerman, membangun sejumlah pangkalan militer. Benteng itu dilengkapi dengan banyak pasukan Inggris dan dilengkapi artileri yang dirancang untuk menembak jatuh pesawat dan rudal balistik Jerman. Pangkalan militer ini ditempatkan di sepanjang pantai timur Inggris yang terletak di pinggiran wilayah perairan Inggris. Salah satu pangkalan militer itu, yang terdiri dari konstruksi beton dan besi, adalah Roughs Tower. Benteng kerajaan Inggris yang terkenal.

Lokasinya di sebelah utara muara Sungai Thames. Seperti halnya pangkalan laut lainnya, Roughs Tower menggunakan jangkar yang dilabuhkan ke dasar laut.Semula basis laut ini akan ditempatkan di dalam wilayah kedaulatan Inggris. Namun kemudian rencana itu berubah. Pangkalan ini ditempatkan di satu titik sekitar 7 mil laut dari pantai timur Inggris, yang artinya lebih dari dua kali jarak 3 mil laut wilayah perairan Inggris. Dengan kata lain, benteng ini berlokasi di perairan internasional Laut Utara. Setelah perang usai, Roughs Tower beserta pangkalan lainnya mulai ditinggalkan.

Seorang purnawirawan Mayor Inggris bernama Paddy Roy Bates menduduki pulau buatan Roughs Tower dan tinggal di sana bersama keluarganya pada 2 September 1967. Setelah pembicaraan intensif dengan para pengacara ulung Inggris, Roy Bates memproklamirkan pulau itu sebagai negara miliknya. Pria itu menobatkan dirinya dengan gelar pangeran dan istrinya digelari putri. Roy pun resmi mendirikan Kerajaan Sealand. Roy Bates kemudian dikenal sebagai Roy of Sealand.

Tidak seperti William Wallace yang berusaha membeli kebebasan negaranya dengan tenaga, darah, airmata bahkan nyawanya sendiri, sang pemilik Sealand menjadikan rik tersebut sebagai negara karena ia punya uang. Untuk mewujudkannya, ia mungkin menggunakan uangnya yang memang besar. Tapi ia melalui proses untuk bisa tetap mempertahankan negara yang dibangunnya itu.

Masih soal obsesi membeli mimpi, teman saya yang lain membeli mimpinya untuk jadi seorang sarjana strata satu dengan menjalankan kuliah selama 3,5 tahun dan menyelesaikan tugas skripsi dalam waktu 3 hari!!! Yang lain harus melalui tahapan kuliah panjang selama hampir 14 tahun sebelum akhirnya ia bisa memasang gelar sarjana teknik di belakang namanya!!

Saat ini, teman saya yang pegang “record” menyelesaikan skripsi selama tiga hari, hanya jadi seorang marketing lepas kredit pinjaman dana untuk sebuah bank plat merah. Sementara rekan saya yang menyelesaikan kuliahnya dengan “berdarah-darah” selama 14 tahun, kini bisa memetik hasil dengan menerima tawaran bekerja di negeri Sakura Jepang! Proses kadang memang menentukan hasil akhir. Terserah anda, mau membeli mimpi dengan jalan instant atau memandang proses meraihnya sebagai hal yang sangat perlu karena menyangkut output hasil akhir… (bintoro suryo).

No comments: