Thursday, February 5, 2009

Tampil Lima Belas Hari Tanpa Henti

Grup ‘Persaudaraan Barongsai’ Menuai Berkah Imlek

IMLEK MEMBAWA berkah tersendiri bagi para pemain Barongsai. Mereka yang biasanya sepi order, kini kebanjiran order. Salah satunya, pemain barongsai yang tergabung di kelompok ‘Persaudaraan Barongsai’. Mereka sudah tampil di berbagai tempat di Batam.

Pada perayaan Imlek tahun kali ini, grup Persaudaraan Barongsai tampil setiap hari. ”Kami main selama lima belas hari, mulai mainnya di hari pertama Imlek, 26 Januari,” ujar Santoso, salah satu pemain di Persaudaraan Barongsai.

Ada banyak pihak yang mengundang mereka, mulai dari vihara, sekolah, peresmian usaha, pusat perbelanjaan dan lainnya. Berbeda dengan hari biasanya. Mereka hanya tampil sesekali saja. Itupun sebatas kalau ada acara peresmian usaha. Meski begitu, para pemain barongsai sudah sangat senang, karena sekarang mereka sudah bisa bebas bermain barongsai.

Tahun 2009, mereka genap 10 tahun sudah bermain barongsai di Batam. ”Kami mulai main barongsai tahun 1999. Itulah waktu ada Gus Dur,” kata A Ku, pimpinan sekaligus pelatih ‘Persaudaraan Baronsai’.

Sebelum tahun 1999, atraksi barongsai memang tidak pernah bermain di Batam. Alhasil, pemain barongsai asal Batam memilih bermain barongsai di Singapura. Itujugalah yang dilakukan A Ku, sebelum ia menjadi pimpinan grup Persaudaraan Barongsai. ”Saya jadi pemain barongsai 20 tahun,” kata A Ku.

Setelah puas menjadi pemain barongsai, iapun beralih profesi menjadi pelatih pemain barongsai. Mereka memilih tempat berlatih di Tua Pek Kong. Waktu pertama kali dibentuk, ada 30 anak yang berminat bermain barongsai rata-rata berusia 10-12 tahun. Tapi semakin kesini, mereka banyak yang mengundurkan diri. Sekarang anggota Persaudaraan Barongsai hanya tersisa 10 pemain saja.

Para pemain barongsai yang berhenti ada banyak alasan, ada yang malu bermain barongsai karena sudah remaja, ada juga karena sibuk bekerja dan merasa capek. ”Kalau kami bisa bertahan karena kami hobi. Kami juga kerja, tapi karena senang, kami tidak merasa capek meski seharian sudah bekerja dan capek,” kata Bobby, salah satu pemain barongsai.

Menjadi pemain barongsai terutama menjadi pemegang kepala atau ekor barongsai syarat utamanya badannya kuat. Mereka juga harus berlatih. Seperti Santoso dan teman-temannya mereka rutin berlatih hari Senin, Rabu dan Jumat. Tapi belakangan ini hanya sesekali saja mereka berlatih, disamping karena sudah lihai setelah 10 tahun bermain barongsai, mereka juga mulai disibukan dengan pekerjaan. ”Sekarang agak susah cari waktu untuk latihan, soalnya kadang ada yang kerja,” katanya.

Syarat pemain barongsai lainnya adalah tidak boleh merokok. Tapi meski begitu kata A Ku tetap saja ada anggotanya yang suka bandel tetap merokok. Tapi dimaklum saja, soalnya pemain barongsai sebagian besar anak muda. ”Badannya harus kuat, itu yang utama,” kata Aku.

Seperti Santoso, sebagai pemain yang memegang kepala barongsai. Saat bermain barongsai, ia tidak hanya melompat ke depan, tapi juga melakukan lompatan ke atas dengan ketinggian 1,5 meter- 2 meter lebih. Ia juga harus menguasai trik-trik khusus. Terutama jika bermain dengan tantangan khusus. Salah satunya bermain barongsai melewati besi di atas ketinggian 1,5 meteran. ”Saya pernah tergelincir dari besi, untungnya tidak apa-apa,” ujarnya.

Di antara para pemain barongsai yang melakukan aksinya dengan tantangan ekstrim, bahkan ada yang celaka saat main barongsai. Bahkan kata A Ku, ada pemain barongsai yang sampai mengalami patah tulang karena terjatuh dari ketinggian saat bermain barongsai.
Dari sekian banyak aksinya di daerah Batam, Tanjung Pinang, Tanjung Balai Karimun, Singapura, Moro, Tanjung Uban dan daerah Kepri lainnya. Anggota Persaudaraan Barongsai, paling terkesan saat ikut bertanding bermain barongsai. Di saat bertanding, kesulitan bermainnya lebih tinggi. Karena itu, saban ada undangan untuk pertandingan barongsai, grup Persaudaraan Barongsai selalu hadir. Sayang belum ada tropi yang diraih. Meski begitu mereka mengaku senang bisa bermain barongsai bebas di Kepri. ”Kami bangga bisa mengembangkan budaya Tionghoa di Batam, Barongsai ini salah satu budaya kita yang harus dilestarikan,” ujar Bobby. (andriani susilawati)

No comments: