Wednesday, September 17, 2008

Sekolah Jadi Rumah

Deraan ekonomi dan kehidupan yang keras, membuat tidak semua kelompok masyarakat di sekitar kita bisa mewujudkan rumah untuk tempat tinggal. Di Tanjung Piayu Laut-Batam, ada kelompok masyarakat yang menggunakan bangunan bekas sekolah sebagai rumah tinggal. Mereka adalah bagian dari masyarakat di sekitar kita yang mungkin belum beruntung bisa memiliki rumah sendiri atau bisa tinggal di tempat yang lebih layak.

Lokasi Tanjung Piayu Laut kurang lebih satu setengah jam perjalanan dari pusat kota Batam. Masih satu daratan dengan kota industri itu. Tapi akses menuju lokasi sangat sulit. Satu-satunya jalur penghubung darat menuju daerah itu adalah melalui jalan tanah dari kelurahan Sei Pancur.
Akses jalur ke sana sebenarnya sudah diperbaharui jadi lebih lebar. Tapi masih tanah dan berliku-liku, naik turun bukit. Jika hujan, jalanan jadi sangat becek. Bisa dipastikan akses menuju lokasi Tanjung Piayu Laut akan terputus untuk sementara waktu. Tidak heran, penduduk di sana lebih senang menggunakan akses dari laut jika ingin ke Batam. Caranya, dengan menggunakan pancung (sejenis perahu ukuran sedang yang diberi mesin tempel, pen) menuju jembatan dua Barelang. Waktu tempuhnya sekitar 30 menit.

Kesan sederhana langsung terasa begitu tiba di lokasi ini. Rumah warganya rata-rata terbuat dari papan dengan kehidupan yang juga masih sederhana. Mata pencaharian penduduknya rata-rata bergantung dari laut. Ada yang jadi nelayan, ada juga yang nyambi jadi penarik boat pancung sewaan untuk wisatawan lokal atau turis Singapura yang ingin memancing di sekitar perairan tersebut.

Diantara banyak rumah di sini, ada sebuah bangunan memanjang yang juga terbuat dari papan. Atapnya seng yang sudah berkarat di sana-sini. Dulunya, ini adalah bangunan SD 012 Tanjung Piayu. Tapi sejak tahun 1993, dibiarkan begitu saja dan tidak digunakan lagi. Pemerintah Kota Batam memang sudah membangunkan sekolah baru yang lebih megah tidak jauh dari lokasi sekolah yang lama. Namanya sekarang SD 002 Tanjung Piayu. Di sanalah anak-anak Piayu Laut mengenyam pendidikan dasar mereka.

Karena deraan ekonomi dan sulitnya hidup, sejak tahun 2004 lalu, bangunan tua bekas sekolah ini mulai ditempati oleh beberapa kepala keluarga. Sebagian merupakan warga dari pulau Akar (sebuah pulau kecil yang terletak di antara perairan pulau Rempang dan Galang, pen). Sebagian lain merupakan penduduk asli Tanjung Piayu Laut yang memang belum punya rumah.

Contohnya saja wanita bernama Mariah. Dulunya, Mariah adalah warga pulau Akar. Sekarang ia menempati ruangan paling pojok dari bekas bangunan sekolah itu. Di dalam rumah Mariah, kondisinya masih seperti ruang kelas yang luas. Tanpa sekat-sekat. Ia meletakkan kasurnya begitu saja di pintu masuk. Sementara salah satu sudut ruangan digunakan sebagai dapur.

Bagi Mariah dan kepala keluarga lain yang tinggal di sini, kehidupan memang sulit. Jangankan berpikir membangun rumah sendiri, memikirkan biaya hidup sehari-hari saja sudah cukup merepotkan.

“Kami dapat izin tinggal di sini dari kepala sekolah”, ujar Mariah

Murniati, seorang guru SD di Tanjung Piayu Laut mengatakan, pihak sekolah memang mengizinkan warga untuk tinggal di bangunan yang sudah tidak terpakai itu. Kegiatan belajar mengajar murid SD di daerah itu, sekarang sepenuhnya sudah dialihkan ke bangunan baru yang lebih megah karena terbuat dari beton. Tidak ada kutipan uang sewa untuk warga yang tinggal di sana. Menurut Murniati, bangunan tua itu memang sudah benar-benar tidak digunakan lagi.

Selain keluarga Mariah, di bangunan bekas sekolah itu, juga tinggal beberapa keluarga lain seperti keluarga Mustafa, keluarga Amat, Mafur dan Muis. Meski bangunan bekas sekolah sudah tua dan banyak bocor di sana sini jika hujan tiba, mereka cukup bersyukur bisa punya tempat tinggal. Sampai sekarang, kondisinya masih sama dengan saat bangunan tersebut difungsikan sebagai sekolahan. Yang membedakannya, di depan bangunan itu sekarang tidak ada lagi tiang bendera untuk mengibarkan sang merah putih. Yang ada, justru kibaran jemuran pakaian milik para penghuninya.

Oya, karena tinggal di bangunan bekas sekolah, di sana tidak ada toilet. Penghuni rumah sekolah biasanya menumpang di toilet warga untuk kegiatan MCK, atau membuang hajat mereka langsung ke laut. (bintoro suryo)

No comments: