Thursday, December 6, 2012

Budidaya Budaya



DALAM BAHASA  Inggris, kita sering mendapati budaya dituliskan sebagai culture. Agama (religion), oleh beberapa kalangan juga dikelompokkan sebagai budaya (culture) dan masuk dalam kategori seni (art).

Kalau anda  sedang punya waktu luang dan kebetulan berlangganan tv satelit, coba buka dan perhatikan.  Siaran televisi sekarang juga sudah dikelompokkan. Ada tv film (movie tv), tv pengetahuan (science tv), tv berita (news tv) dan tv yang memuat program-program kesenian (art tv). Ada beberapa kategori lainnya seperti tv musik (music tv) dan tv hiburan (show tv).


Belakangan, pengelompokkan dalam bentuk kategori tersebut, mulai dihilangkan. Sebagai gantinya, kategori dimasukkan dalam jenis tayangan yang sedang mengudara (on air)Penyedia layanan tv berlangganan seperti Indovision atau top tv, mengkategorikan saluran (channel) LIFE yang memuat program-program religi kristiani sebagai tv kesenian (art tv). Sama halnya saluran (channel) MNC RELIGI yang memuat program-program acara yang bernuansa islami. Materi kedua saluran tersebut biasanya berkategori art.

Dua saluran (channel) tersebut punya kategori yang sama dengan misalnya saluran (channel) FASHION TV yang mengulas tentang peragaan dan trend busana dari para model-model dunia. Mereka juga dimasukkan dalam kelompok televisi kesenian (art tv).

—————————–

BUDAYA, SAYA  sering mengawang-awang sendiri membayangkan bentuknya. Yang terbayang, itu adalah seni dengan beragam cabangnya. Yang lain adalah  kebiasaan atau pola hidup manusia.  Pemanfaatan produk teknologi secara terus menerus dan melibatkan orang banyak, saya pikir juga bisa masuk dalam kategori budaya. Trend berpakaian dan trend atau cara berkomunikasi antar manusia, adalah contoh lainnya.

Saya pikir budaya itu adalah bentukan manusia yang diperoleh melalui pola kebiasaan yang disengaja atau tidak disengaja. Budaya juga bisa dihasilkan sebagai hasil dari serangkaian penelitian yang bersifat ilmiah. Bagaimana dengan Agama?

——————————

DULU SAAT  kecil, saya biasa berkorespondensi dengan sepupu dan beberapa sahabat pena melalui surat. Saya menuliskannya dalam lembaran kertas, mengirim dan setia menunggu jawabannya seminggu, dua atau bahkan sebulan kemudian. Bukan suatu masalah dan saya pikir, orang yang hidup di zaman itu juga mengganggapnya bukan masalah.

Kemudian, saat di rumah sudah mulai terpasang pesawat telepon, polanya pun menjadi agak berubah. Saya lebih sering menggunakan perangkat komunikasi tersebut, walaupun jika harus interlokal, harus menghubungi operator telepon dan memberikan nomor tujuan kita. Itu juga bukan masalah.
Saya menganggap itu cuma pergeseran kebiasaan karena kemajuan teknologi. Kebiasaan yang menjadi budaya yang kerap kita lakukan dan akhirnya menjadi biasa. Begitu juga saat teknologi telepon seluler mulai booming, menjadi ramai seperti sekarang dan mulai muncul hal baru dalam hal komunikasi data.

Budaya di sini merupakan produk hasil interaksi antar kelompok manusia dan akan terus berkembang. Budaya yang tidak lekang oleh waktu adalah budaya yang berhasil memposisikan dirinya untuk selalu sesuai dengan perkembangan zaman. Orang membudidayakan budaya karena merasa ada azaz kemanfaatannya. Budaya yang dianggap ketinggalan zaman, biasanya akan ditinggalkan orang.

Beberapa kelompok manusia, ada yang tetap mempertahankan budaya yang sudah dijalani selama puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun, walau beberapa kelompok manusia lainnya mengganggap budaya tersebut sudah usang dan mungkin sudah tidak fleksibel lagi untuk diterapkan dalam kehidupan harian masa kini.

Pertimbangannya karena faktor kepercayaan atau mungkin pada histori. Ada nilai sejarah dan semangat untuk melestarikan. Kepercayaan bahwa budaya tersebut masih berguna dan memiliki nilai-nilai positif. Kelompok lain mungkin memandang perlu melestarikan budaya lama karena ada faktor ekonomisnya. Sebagai objek wisata budaya untuk menarik minat para pelancong baik dari dalam maupun luar negeri, misalnya.

———————————-

SAAT KULIAH, saya senang bepergian ke daerah-daerah terpencil yang jauh dari kota. Ke gunung, hutan atau bahkan tebing batu. Saya senang bisa berinteraksi dengan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi-lokasi tersebut.

Di gunung Bromo ada suku yang biasa disebut sebagai suku tengger. Salah satu tradisi mereka yang bahkan kini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong domestik dan luar negeri biasa disebut Kasada.  Saya mengamati Kasada bagi masyarakat Tengger merupakan suatu hal yang menarik.

Dari beberapa literasi yang saya baca tentang Kasada tersebut kemudian, saya dapati ternyata itu merupakan suatu sistem sosial dan religi masyarakat setempat. Upacara Kasada dalam adat masyarakat Tengger, biasa digelar pada waktu purnama di bulan Kasada atau kedua belas dalam urutan  tahun saka. Upacara Kasada juga disebut sebagai Hari Raya Kurban. Biasanya lima hari sebelum upacara Yadnya Kasada, diadakan berbagai tontonan seperti; tari-tarian, balapan kuda di lautan pasir, jalan santai hingga kegiatan pameran.

Pada saat puncak kegiatan di purnama, mereka yang dituakan sebagai pendeta dari masing-masing desa, serta masyarakat Tengger, akan mulai mendaki Gunung Bromo untuk melempar Kurban dan sesajian ke Kawahnya. Masyarakat suku tengger melakukan itu sebagai sebuah tradisi turun temurun yang sudah dilakukan ratusan bahkan mungkin ribuan tahun oleh para leluhur mereka. Generasi yang sekarang, tetap melestarikannya.

—————————————-

TAPI BUDAYA bagi saya adalah hasil interaksi manusia dalam upaya manusia mempertahankan hidup. Nilainya diambil dari sisi-sisi kemanusiaan itu sendiri. Agama bagi saya bukan budaya. Ia memiliki tempat yang jauh lebih tinggi dari sebuah kebudayaan. Agama memiliki sifat interaksi vertikal dengan sang Maha Pencipta. Nilainya diturunkan sebagai nilai hakiki yang menjadi pedoman hidup manusia.

Berbeda halnya dengan budaya yang bisa atau akan selalu menyesuaikan diri untuk tetap bertahan dalam zaman. Agama merupakan sebuah nilai yang absolut dan  tidak lekang oleh zaman. Ia selalu hadir dan sesuai di segala zaman.

Anda bisa setuju dengan saya atau punya pandangan yang berbeda. Terserah saja.  (***)


Powered by Telkomsel BlackBerry®

No comments: