Friday, January 23, 2009

Israel, Jews, Yahudi …

“… Daerah Zion telah didiami bangsa Yahudi dalam kurun waktu ribuan tahun. Mereka mengklaim bahwa saat ini, hanya tanah mereka satu-satunya negeri di dunia yang didiami oleh bangsa yang sama, agama yang sama, bahasa dan budaya yang sama dengan saat 3000 tahun yang lalu….”

CITA - CITA mereka sudah berusia ribuan tahun sejak terbuang dari negeri sendiri. Impian untuk kembali ke tanah leluhur itu disampaikan secara estafet, turun temurun dari generasi ke generasi di tanah orang. Kemudian, melalui gerakan zionisme yang secara resmi menjadi gerakan politik di tahun 1897, impian itu sepertinya mendapat penegasan. Tidak sampai seratus tahun, Israel sudah berdiri sebagai sebuah Negara berdaulat.

Jujur, saya tertarik dengan sejarah bangsa Israel. Tertarik untuk mengetahui pergulatan mereka selama ribuan tahun sebagai bangsa yang tidak punya tanah air. Tertarik dengan sikap politis mereka sekarang yang terkesan membabi buta dalam memperluas wilayah teritori. Bukan, ini bukan sikap simpati. Tapi, lebih pada pertimbangan jika saya harus membenci mereka, saya bisa membencinya dengan objektif...

Sejak resmi mendeklarasikan kemerdekaannya tahun 1948, Israel sepertinya tidak henti membuat kontroversi. Tahapan awal idiologi zionismenya sudah tercapai. Kembali ke tanah leluhur setelah selama ratusan tahun masyarakatnya menjalani kehidupan diasphora (berpencar) di seluruh penjuru dunia tanpa tanah air. Sekarang, setelah cita-cita ribuan tahun itu tercapai, gerakan mereka mulai berkembang menjadi penguasa dunia. Separuh dari impian itu sebenarnya sudah terwujud. Mereka sebenarnya sudah jadi penguasa. Tapi dengan bungkus negara Amerika Serikat. Benua baru yang mereka “temukan” dan dijadikan tanah air sementara sejak lebih dari 200 tahun yang lalu!

Indonesia sendiri, Secara yuridis formal tidak punya hubungan kerjasama bilateral dan ekonomi dengan negara Yahudi itu. Tidak ada perwakilan kedutaan besar mereka di sini. Sampai sekarang, kita memang belum mengakui kedaulatan Negara Israel. Tapi kalau mau jujur, ketergantungan kita pada mereka sangat kuat. Ini adalah beberapa fakta yang dirilis dari Jaringan Diplomasi Israel yang sudah menggurita di seluruh dunia, termasuk di Indonesia :
• Israel adalah salah satu negara yang memiliki tingkat pendidikan tertinggi di dunia, dengan jumlah engineer, peneliti dan penyandang gelar PhD tertinggi per kapita (135 per 10.000)
• Israel memiliki perusahaan perusahaan baru dalam jumlah besar dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, (3.500 perusahaan kebanyakan dalam bidang hi-tech)
• Israel adalah satu-satunya negara di dunia yang secara simultan menjalankan perjanjian perdagangan bebas dengan AS, Meksiko dan Kanada, Uni Eropa dan Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa.
• $100 miliar dalam ekonomi Israel lebih besar dibandingkan dengan yang digabungkan oleh negara-negara tetangganya.
• Telepon seluler dikembangkan di Israel oleh Motorola-Israel. Motorola membangun pusat pengembangannya yang terbesar di Israel.
• Software Window NT dikembangkan oleh Microsoft-Israel.
• Teknologi Pentium MMX Chip dirancang di Intel - Israel.
• Teknologi Voice Mail dikembangkan di Israel.
• Anti virus PC pertama kali dikembangkan di Israel pada tahun 1979 oleh perusahaan yang juga mengembangkan program anti virus Melissa.
• Perusahaan paling utama di dunia dalam sistem pengamanan firewall internet adalah Check Point, perusahaan Israel yang menguasai 40% pasar dunia.
• Program Pesan Instan AOL dirancang oleh perusahaan software Israel.
• Di luar AS, baik Microsoft maupun Cisco hanya membangun fasilitas Litbang di Israel.
• Investasi asing di Tel Aviv Stock Exchange lebih dari $3 miliar, lebih dari 5% total market value saham diperdagangkan di TASE (Tel Aviv Stock Exhange)
Israel memang membangun kekuatan barunya dengan ilmu pengetahuan. Selama kurun 1900 tahun lebih warganya menyebar dan hidup di tanah orang, mereka menyerap banyak pelajaran. Mereka juga membangun jaringan yang terorganisir dari tahun ke tahun dan dari generasi ke generasi. Fakta yang lain lagi, sistem perbankan modern yang sekarang diterapkan secara internasional dan di banyak negara dunia, akar mulanya adalah dari kelompok mereka. (baca : assassin). Apa yang membuat mereka begitu patuh menjalankan perjuangan selama ratusan tahun. Untuk mengertinya, kita mungkin harus melihat latar belakang gerakan zionis yang mereka jalankan.
Dari buku “Gerakan Zionisme Menaklukkan Dunia” tulisan ZA Maulani, seorang mantan kepala BAKIN (Badan Koordinasi Intelijen Negara) era Presiden Habibie disebutkan, ‘Zionisme’ berasal dari kata Ibrani “zion”, artinya karang. Maksudnya merujuk kepada batu bangunan Haykal Sulaiman yang didirikan di atas sebuah bukit karang bernama ‘Zion’, terletak di sebelah barat-daya Al-Quds (Jerusalem). Bukit Zion ini menempati kedudukan penting dalam agama Yahudi. Menurut Taurat, “Al-Masih yang dijanjikan akan menuntun kaum Yahudi memasuki ‘Tanah yang Dijanjikan’. Dan Al-Masih akan memerintah dari atas puncak bukit Zion”. Zion di kemudian hari diidentikkan dengan kota suci Jerusalem.

Zionisme kini tidak lagi hanya memiliki makna keagamaan, tetapi kemudian beralih kepada makna politik, yaitu suatu gerakan pulangnya ‘diaspora’ (terbuangnya) kaum Yahudi yang tersebar di seluruh dunia untuk kembali bersatu sebagai sebuah bangsa dengan Palestina sebagai tanah-air bangsa Yahudi dan Jerusalem sebagai ibukota negaranya. Istilah Zionisme dalam makna politik itu dicetuskan oleh Nathan Bernbaum, ‘Zionisme Internasional’ pertama berdiri di New York pada tanggal 1 Mei 1776, dua bulan sebelum kemerdekaan Amerika-Serikat dideklarasikan di Philadelpia.
Definisi tentang zionisme ini, memang tidak berbeda dengan keterangan resmi jaringan diplomasi Negara Yahudi tersebut tentang asal mula gerakan mereka. Zion disebutkan sebagai tempat kelahiran bangsa Yahudi. Bangsa itu telah memiliki kedaulatan, atau paling tidak telah menunjukkan berkebudayaan selama kurun waktu 1500 tahun.

Daerah Zion telah didiami bangsa Yahudi dalam kurun waktu ribuan tahun. Mereka mengklaim bahwa saat ini, hanya mereka satu-satunya negeri di dunia yang didiami oleh bangsa yang sama, agama yang sama, bahasa dan budaya yang sama dengan saat 3000 tahun yang lalu.

Jaringan diplomasi Israel menyebutkan bahwa selama berabad-abad lamanya, mayoritas orang Yahudi hidup tersebar di berbagai negara di seluruh dunia. Namun ikatan batin dan ikatan kebangsaan yang tercermin dalam peribadatan dan kesusasteraan secara terus menerus menghubungkan komunitas-komunitas Yahudi dengan tanah leluhur mereka. Setelah berabad-abad terpuruk dan terabaikan, Zion kembali bersinar sekali lagi dengan adanya kenaikan yang besar pada jumlah penduduk Yahudi dalam waktu 100 tahun terahir. Mereka juga meraih kemerdekaannya di tahun 1948. Secara umum, mereka mengganggap Zionisme adalan Gerakan Kemerdekaan Nasional bangsa Yahudi.

Yahuda al-Kalai (1798-1878) adalah tokoh Yahudi pertama yang melemparkan gagasan untuk mendirikan sebuah negara yahudi di Palestina. Gagasan itu didukung oleh Izvi Hirsch Kalischer (1795-1874) melalui bukunya yang ditulis dalam bahasa Ibrani ‘Derishat Zion’ (1826) buku itu berisi studi tentang kemungkinan mendirikan sebuah negara Yahudi di Palestina.

Kemudian disusul oleh tulisan Moses Hess dalam bahasa Jerman, berjudul ‘Roma und Jerusalem’ (1862) yang memuat pemikiran tentang solusi “masalah Yahudi” di Eropa dengan cara mendorong migrasi orang Yahudi ke Palestina. Menurutt Hess, kehadiran bangsa Yahudi di Palestina akan turut membantu memikul “misi orang suci kulit putih untuk mengadabkan bangsa-bangsa Asia yang masih primitif dan memperkenalkan peradaban Barat kepada mereka”. Buku ini memuat pemikiran awal kerja-sama konspirasi Yahudi dengan Barat-Kristen menghadapi bangsa-bangsa Asia pada umumnya dan dunia Islam pada khususnya. Untuk mendukung gagasan itu berdirilah sebuah organisasi mahasiswa Yahudi militan bernama ‘Ahavat Zion’ di St.Petersburg, Rusia tahun 1818. organisasi itu menyatakan bahwa, “setiap anak Israel mengakui bahwa tidak akan ada penyelamatan bagi Israel, kecuali mendirikan pemerintahan sendiri di Tanah Israel (Erzt Israel)

Gagasan tentang gerakan Zionisme, yaitu suatu gerakan politik untuk mendirikan sebuah negara Yahudi di Palestina, mulai memperlihatkan konsepnya yang jelas dalam buku ‘Der Judenstaat’ (1896) yang ditulis oleh seorang tokoh Yahudi, yang kemudian dipandang sebagai Bapak Zionisme, Theodore Herzl (1860-1904).

Sementara Konsepsi tentang wilayah dan batas-batas negara Israel didasarkan pada Kitab Taurat. Berdasarkan Taurat, wilayah Israel luasnya “dari sungai Nil sampai sungai Tigris”. Kira-kira mendekati kekuasaan Emporium Assyria (sekitar 640 Sebelum Masehi) pada zaman dulu. Dengan luas wilayah sekarang, mereka baru menguasai tidak sampai seperenambelas tanah yang dijanjikan itu.

Sejarah mencatat, Penduduk Arab-Palestina merupakan mayoritas penduduk sampai dengan terbentuknya Israel sebagai sebuah negara Yahudi pada tahu 1948. Negara Israel yang dicita-citakan oleh Thedore Herzl hanya akan dapat terwujud dengan cara menghapus hak-hak kaum mayoritas, atau membuat kaum Yahudi menjadi mayoritas melalui imigrasi, atau mengurangi jumlah penduduk Arab di Palestina melalui cara pembersihan etnik. Tidak ada cara lain, dan tidak mungkin membentuk sebuah negara Yahudi, kecuai dengan cara di luar prosedur demokratik tadi.

Pengusiran penduduk Arab-Palestina merupakan keharusan yang mengalir dari logika Zionisme. Menurut buku MA Maulani, Thedore Herzl menuliskannya dalam buku harian,
“Kami harus mencoba mengeluarkan kaum tidak berduit (baca: Palestina) dari perbatasan dengan cara menyediakan pekerjaan di negara-negara tetangga, dan bersamaan dengan itu mencegah mereka memperoleh lapangan kerja di negeri kami. Kedua proses, baik penghapusan kepemilikan dan pemindahan kaum miskin itu, harus dikerjakan dengan kehati-hatian dan kewaspadaan”.

Fakta yang terlihat, pengusiran secara konsisten memang terus dilakukan oleh kaum Zionis terhadap bangsa Arab yang mendiami wilayah Palestina.

Kesimpulan yang terlihat adalah kaum Zionis mendirikan negara Yahudi mengacu pada dua sasaran yang bersifat saling melengkapi dan sekaligus mutlak, yaitu:

1. mendapatkan sebuah tanah air.
2. menggantikan penduduk mayoritas Arab-Palestina, baik dengan cara tidak mengakui hak-hak mereka, mengatasi jumlah mereka, atau mengusir mereka dengan cara apapun.

Meskipun Theodore Herzls dan kaum Zionis lainnya menjanjikan bahwa orang Yahudi dan Arab-Palestina akan hidup berdampingan secara damai dan bahagia, namun mustahil menjalankan kebijakan itu jika yang mayoritas penduduk masih Arab Palestina. Kaum pendahulu Zionis menempuh beberapa strategi untuk menjadikan Negara Yahudi:
1. Melalui imigrasi orang Yahudi; pada saat awal itu banyak kaum Zionis dan para pendukungnya yang sungguh-sunguh percaya bahwa imigrasi orang Yahudi dalam jumlah besar akan dapat dalam waktu singkat memecahkan “masalah Palestina” dengann membangun masyarakat Yahudi sebagai mayoritas
2. Yang lain meyakini, bilamana sejumlah petani dan buruh-buruh Arab-Palestina ditutup kesempatan kerjanya, maka hasilnya akan memaksa orang Arab-Palestina bermigrasi meninggalkan Palestina.

Berpuluh-puluh tahun kemudian, fakta yang tidak bisa dipungkiri adalah semakin terdesaknya kaum Arab Palestina. Cara-cara kekerasan terus dilakukan untuk menekan jumlah orang Arab di tanah mereka sekaligus semakin memperluas wilayah teritori Yahudi. Yang terbaru dan cukup menyita perhatian dunia adalah soal invasi Israel di jalur Gazza awal tahun 2009 ini. Dunia terutama negara-negara muslim termasuk Indonesia mengutuk keras tindakan itu. Israel mengklaim tindakannya sebagai sebuah upaya untuk mempertahankan diri dari tindakan kelompok Hamas yang dianggap teroris. Tapi mayoritas yang jadi korban aksi Israel justru kaum sipil yang tidak tahu apa-apa. Misil-misil Israel terus membombardir pemukiman-pemukiman warga di Gazza.

Sebuah surat rahasia milik seorang pria bernama Albert pike yang dikirim kepada rekannya Giuiseppe Mazzini pada tanggal 15 Agustus 1871 menyebutkan, Perang Dunia ke-3 akan terjadi pada awal abad ke21 ini. Masalah akan berawal dari konflik antara Israel dengan Palestina. Konflik itu sendiri direncanakan akan meluas ke seluruh dunia. Sama halnya saat terjadi perang dunia I dan II. Ini bukan ramalan, tapi sebuah skenario besar yang sengaja dirancang oleh kaum zionis. Robert Pike sendiri merupakan 'The Souvereign Grand Commander of the Ancient and Accepted Scottish Rite of Freemasonry' atau tokoh puncak “Freemasonry" (sebuah ordo kaum Qabalis/ Zionis) di Amerika Serikat pada zamannya.

Amerika serikat yang sering dianggap sebagai polisi dunia, bukannya tidak tahu tentang skenario Israel untuk menghabisi kaum Arab. Tapi mereka sepertinya tutup mata saja. Bayangkan, kejadian yang sama dilakukan Irak saat menginvasi negeri kecil tapi kaya, Kuwait tahun 1991 lalu..

Saya punya beberapa analisa tentang hal ini :

1. Israel punya posisi bargaining/ tawar yang tinggi di mata Amerika Serikat. Kenapa? Israel menguasai ilmu pengetahuan. Bukan hal yang baru lagi mengetahui banyak hasil teknologi dan penemuan-penemuan-penemuan besar dihasilkan oleh kaum Yahudi. Saat ini, banyak juga perusahaan-perusahaan terkemuka di AS yang dikuasai oleh mereka dan itu membuat Amerika banyak diuntungkan. Bukan suatu rahasia juga bahwa diantara ras yang berdomisli di negara adi daya tersebut, ras Yahudi cukup memberikan peranan. Mereka adalah yahudi yang berkewarganegaraan Amerika Serikat. Analisa poin pertama juga didasarkan pada kenyataan bahwa negara Israel mengakui bahwa warga Yahudi yang saat ini masih tersebar di seluruh dunia juga dianggap sebagai warga negara mereka. Mereka punya cita-cta yang sama untuk kembali ke tanah yang dijanjikan seperti yang dipercaya dalam Taurat yang sebenarnya sudah tidak jelas lagi orisinalitasnya.

2. Sejarah awal pendirian negara Amerika Serikat. Erat kaitannya dengan campur tangan orang Yahudi. Awal hubungan orang Yahudi dengan Amerika sudah dimulai sejak pendaratan Christoper Columbus (1451-1506) di Waiting Island, Bahama pada tanggal 12 Oktober 1492. Catatan sejarah menyebutkan tanggal 2 Agustus 1492 lebih dari 300.000 orang Yahudi diusir dari Spanyol. Sehari kemudian, pada tanggal 3 Agustus 1492 Columbus berlayar ke arah barat. Ia juga membawa serta beberapa orang Yahudi. Mereka bukan berstatus sebagai pengungsi, karena impian mualim itu ialah menimbulkan simpati pada beberapa orang Yahudi yang berpengaruh jauh-jauh hari sebelumnya. Columbus sendiri menceritakan bahwa ia banyak mempunyai sahabat orang Yahudi. Surat pertama yang ditulisnya secara sangat mendetil tentang penemuannya di Benua Baru, dikirimkannya kepada seorang Yahudi. Kiprah Yahudi di Amerika Serikat semakin jelas saat ada sikap anti-Semitisme yang luas di negara-negara Eropa Timur pada akhir abad ke-19. kemudian terjadi migrasi besar-besaran kaum Yahudi ke Amerika Serikat, Kanada, Amerika Latin, dan Australia. Pada tahun 1880 jumlah migran Yahudi ke Amerika Serikat mencapai 250.000 jiwa. Pada akhir PD I, angka itu membengkak jadi 40 juta jiwa. Kiprah mereka di negeri paman sam itu semakin nyata. Sekarang banyak kelompok Yahudi yang menduduki posisi penting dalam perekonomian, termasuk di pemerintahan. Sebagai Negara adi daya saat ini, Amerika Serikat sebenarnya merupakan negara bayangan bangsa Yahudi. Sekarang, mereka sebenarnya sudah mengendalikan dunia dari “benua baru” tersebut. Langkah berikutnya adalah memindahkan pusat pengendalian tersebut ke “tanah yang dijanjikan” pada mereka. Walalluhu’alam.. (bintoro suryo/ berbagai sumber).

No comments: