Friday, January 23, 2009

Geliat Industri Tahu Tempe di Awal Tahun (2)

Di pasar atau di toko-toko kelontong penjual sayur mayur, harga tahu dibandrol Rp1.000 untuk tiga potong kecil dan Rp1.000 untuk dua potong besar. Sementara untuk satu bungkus tempe harganya Rp1.500. Cukup murah untuk standar harga saat ini di tengah kenaikan tinggi barang-barang sembako. Sebagai alternatif lauk pauk sehari-hari, tempe dan tahu juga bisa diolah menjadi aneka hidangan. Bisa dimasak dengan hanya digoreng, bacem, disayur, bahkan kalau kita mau, tempe juga bisa diolah menjadi burger dan pizza.

Walau punya kadar protein yang hampir sama dengan daging sapi atau ayam, jangan bandingkan harga kedua jenis makanan itu. Jadi, jangan heran juga jika sampai sekarang masih ada orang yang memandang remeh terhadap jenis makanan tahu dan tempe.

Asal diproduksi secara benar, satu potong tahu seberat 75 gram atau 30 gram tempe atau 2,5 sendok kacang-kacangan sebenarnya bisa memiliki kadar 6 gram protein. Selain itu sepotong tempe juga mengandung karbohidrat, lemak, serat, vitamin, enzim, daidzein, genisten serta komponen antibakteri.

Tempe juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Di antaranya bisa menurunkan tekanan darah karena tempe mengandung zat besi, flafoid yang bersifat antioksidan. Tempe yang mengandung superoksida desmutase yang dapat mengendalikan radikal bebas, baik untuk penderita jantung. Selain itu, kandungan asam lemak jenuh ganda dalam tempe bersifat dapat menurunkan kadar kolesterol.

Tempe bahkan bisa mencegah kanker karena memiliki sifat anti oksidan. Cuma kadar menyehatkan kedua jenis makanan tersebut bisa dirusakkan dengan penggunaan bahan-bahan pengawet. Formalin atau bahan pengawet mayat adalah jenis yang paling sering digunakan. “Harus diakui, memang banyak produsen tahu dan tempe yang menggunakan bahan pengawet dalam pembuatannya,” ujar Purwanto.

Menurut Purwanto, kalau tahunya mau awet dan tahan lebih lama memang tidak ada pilihan lain selain harus diberi pengawet. ‘’Rasanya tidak mungkin kalau mau tahunya tahan, tapi tidak diberi pengawet.,” ujarnya.

Tahu yang tidak diberi bahan pengawet akan cepat rusak. Itu sama artinya tahu-tahu yang tidak terjual menjadi terbuang percuma dan bisa mengakibatkan kerugian bagi produsen tahu. Sebaliknya, tahu yang diberi bahan pengawet bisa lebih tahan lama. Mungkin karena itulah produsen tahu banyak yang nekad menggunakan bahan pengawet, tanpa memikirkan akibat buruk bagi kesehatan masyarakat yang mengkonsumsinya.

Terus, bagaimana membedakan antara tahu yang menggunakan formalin dengan yang tidak? Ini agak gampang-gampang sulit. Ada beberapa ciri yang bisa dikenali. Misalnya, tahu yang berformalin lebih kenyal dan teksturnya lebih keras tapi tidak padat. Selain itu, mengeluarkan bau agak menyengat, bau formalin. Tahu berformalin tidak rusak kalau disimpan sampai tiga hari pada suhu kamar dan bisa bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es.

Memang butuh sikap kehati-hatian lebih untuk memilah bahan makanan yang mengandung pengawet dengan yang tidak menggunakannya. Selain sikap protektif dari diri sendiri, peran pemerintah untuk menertibkan usaha-usaha produksi makanan seperti tahu dan tempe yang bandel memang diperlukan. (andriani susilawati)

No comments: