Tuesday, September 16, 2008

Antisipasi Sejak Dini, Jangan Sampai Jadi Pandemi


Flu burung merebak, dunia pun guncang. Sebuah penelitian mengatakan, kalau tidak segera ditangani, virus ini bisa mengancam eksistensi ras manusia.

Antara tahun 1918-1919, pernah terjadi kematian massal di Spanyol dan sekitarnya. Data dari organisasi kesehatan dunia (WHO, red), jumlah yang meninggal saat itu lebih dari 50 juta jiwa manusia. Hasil penelitian menyimpulkan penyebabnya adalah sejenis virus influenza strain A subtype H1N1. Zaman dulu, orang menyebutnya sebagai flu spanyol.
Berturut-turut kemudian dengan penyebab yang hampir serupa. Tahun 1957 – 1958 juga terjadi serangan dahsyat yang disebabkan virus influenza di Asia. Di seluruh dunia saat itu, jumlah yang meninggal mencapai hingga 2 juta jiwa. Tahun 1968 kembali terulang kejadian yang hampir sama. Penyebabnya dikenal sebagai virus Hongkong.

Penamaan disesuaikan dengan tempat awal ditemukannya penyakit itu. Jumlah orang yang meninggal saat itu mencapai 1 juta jiwa di seluruh dunia. 69 tahun sejak peristiwa pertama, tepatnya tahun 1997 lalu, kasus flu burung pertama kembali ditemukan di Hongkong. Seorang warga diketahui mengidap virus H5N1 yang ditulari dari unggas yang banyak terdapat di sekitar tempat tinggalnya.

Dalam hitungan tahun saja, virus yang kemudian dikenal sebagai avian influenza (flu burung, red) ini langsung merebak ke negara-negara lain, tidak terkecuali Indonesia. Flu spanyol dan flu burung ternyata berasal dari sumber yang sama, yaitu unggas,

Apa yang saat ini diketahui rata-rata publik soal virus flu burung, mungkin sama awam-nya dengan saya. Pengetahuan saya soal virus flu burung memang masih awam sampai sebelum mengikuti kegiatan pelatihan jurnalistik khusus flu burung.

Kegiatan yang digelar oleh Ontrack Media bekerja sama dengan badan PBB -UNICEF dan Komisi Nasional Flu burung 11 – 13 Maret 2008 di i Hotel, sedikit banyak membuka mata saya dalam melihat virus penyakit ini dan perkembangannya. Yang paling umum dan jadi pengetahuan publik, virus flu burung ditularkan hewan unggas.

Punya ciri-ciri awal yang hampir sama dengan penyakit influensa umumnya dan bisa berakibat sangat fatal, yakni kematian. Parahnya, penyakit avian influenza atau flu burung, tidak dapat dideteksi hanya dari gejala. Tapi harus melalui serangkaian tes di laboratorium medis.

Di Indonesia, demam dan heboh soal penyebaran virus flu burung sudah terjadi sejak Agustus 2003. Rilis yang dikeluarkan badan dunia UNICEF PBB, saat ini Indonesia merupakan negara dengan kematian akibat virus flu burung yang tertinggi di dunia.

”Di Indonesia, jumlah yang positif terkena virus flu burung 129 dan 105 orang telah meninggal karena tertular virus flu burung,” ujar Sosial Mobilitation Officer UNICEF, Putu Widiantara, instruktur pelatihan jurnalistik flu burung

Sebanyak 26 propinsi di indonesia malah dilaporkan masuk dalam kategori daerah endemik flu burung. Apa sih sebenarnya flu burung?

Informasi paling dasar seperti di kampanye penanganan anti flu burung yang sering kita dengar, virus ini didefinisikan sebagai penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A subtipe H5N1. Umumnya tipe itu ditemukan pada burung dan hewan jenis unggas lainnya. Gejala awal flu burung sering kali sama dengan penyakit influenza musiman yang terjadi pada kita. Batuk, sakit di tenggorokan, demam tinggi, sakit kepala atau sakit otot dan persendian. Yang perlu diwaspadai jika virus ini sudah sampai pada stadium yang lebih tinggi. Bisa menyebabkan pneumonia yang menyebabkan sulit bernafas dan gagal bernafas.

Seperti juga informasi yang pernah didapatkan sebelumnya, penyebaran virus ini lebih banyak disebabkan karena kontak langsung dengan unggas yang sudah terinveksi virus flu burung. Bisa juga lewat alat-alat yang sudah terkontaminasi sekresi unggas yang terinveksi tersebut.

Mengingat virus ini merupakan jenis yang baru, sistem kekebalan tubuh manusia tidak memiliki sistem perlawanan untuk melindungi diri dari serangan virus flu burung. Hal itulah yang terjadi pada penderita yang jadi korbannya. Penelitian terbaru dari para ahli, virus flu burung yang dikenal secara ilmiah sebagai virus H5N1 memiliki kemampuan untuk berubah/mutasi. Saat ini yang terdeteksi, penyebarannya adalah melalui unggas dan bersifat epidemi (terbatas dan musiman, red). Tapi bukan tidak mungkin penyebaran bisa terjadi antar manusia ke manusia. Jika itu yang terjadi, fenomena pandemi ( penyebaran secara global dan besar, red) bisa menjadi ancaman. Peristiwa pada 1918-1919 di Spanyol, 1957-1958 di Asia dan 1968 di Hongkong bisa terulang lagi. Inilah sebab kenapa banyak orang khawatir dengan virus flu burung.

Bayangkan jika pandemi influenza jenis ini terjadi! Virus influenza yang baru muncul tersebut menyerang populasi manusia yang tidak memiliki kekebalan tubuh. Selain sebagai sasaran virus, manusia juga sebagai pembawa dan penyebarnya. Bukan lagi unggas. Saya sendiri jadi membayangkan situasi-nya seperti dalam film Resident Evil. Satu kota yang terjangkit virus zombie terpaksa harus diisolasi dan dimusnahkan! Tapi, pandemi influenza yang mungkin terjadi, bisa jadi lebih parah. Masalahnya saat ini, akses transportasi dan hubungan manusia lintas negara mudah sekali dilakukan. Penyebarannya juga bisa lebih luas dan bersifat global.

Imelda dari OnTrack Media Indonesia yang juga instruktur di pelatihan jurnalistik flu burung mengatakan flu burung merupakan isu besar di dunia. Dalam 1 gram kotoran unggas saja bisa membunuh jutaan ekor unggas bahkan dapat menularkannya ke manusia. Untungnya virus Avian influensa ini bisa dengan mudah dibunuh dengan sabun/detergen. ‘’Kebiasaan makan dengan tangan yang dilakukan oleh orang Indonesia punya resiko besar penularan virus flu burung,’’ kata Imelda.

Hal simple dan mudah dilakukan seperti cuci tangan dengan sabun merupakan langkah aman yang dianjurkan demi menghindari berbagai infeksi flu burung dari unggas. Cuci tangan dengan sabun mudah dilakukan, namun setiap orang butuh kesadaran untuk melakukannya. (andriani susilawati)

No comments: