Friday, April 13, 2007

Posesif

Jika survey atau jajak pendapat dilakukan terhadap kalangan wanita soal pria posesif, kira-kira apa jawabannya? Jujur, saya tidak bisa memberi gambaran yang pasti soal itu. Masalahnya, saya laki-laki. Jawaban yang saya berikan mungkin malah bisa jadi rancu atau berat sebelah.

Yang tau pasti tentu wanita. Termasuk sikap-sikap mereka jika menghadapi pria berprilaku posesif. Gimana sih punya pasangan posesif? Sebagian wanita yang pernah saya ajak ngobrol ringan soal itu mengatakan, pria posesif cukup menjemukan. Nah lho! Tapi ini tentu bukan jawaban final. Yang saya ajak ngobrol juga baru beberapa orang. Sangat jauh untuk men-general-kan sebagai jawaban kalangan wanita pada umumnya.


Omong-omong soal posesif, saya punya cerita. Sebenarnya cukup tabu kalau harus diungkap di sini. Tapi memandang sebagai sharing dan tukar info, saya rasa nggak ada salahnya. Untuk secret-nya saya sebut saja sang teman sebagai Ardi. Ya Ardi, tentu bukan nama sebenarnya. Nah si ardi ini punya pasangan. Perempuan tentunya. Umur hampir-hampir sebaya. Cuma beda bulan lahirnya saja.

Sekedar intro, kekasih ardi yang kita sebut saja wulan merupakan tambatan hatinya yang kesekian kali. Sebelumnya teman saya ini sudah berkali-kali menjalin hubungan mesra dengan beberapa wanita. Ujung-ujungnya selalu sama. Kisah cinta selalu berakhir duka. Yang terakhir sebelum bertemu wulan, ardi harus rela ditinggal married pasangannya gara-gara lambat menentukan sikap soal masa depan hubungan mereka. Pasangannya keburu dikejar deadline nikah oleh ortu. Ujung-ujungnya roman siti nurbaya yang berbicara. Sang pujaan hati dijodohkan dengan pria lain yang diangap lebih mapan dan memiliki sikap hidup soal masa depan yang lebih jelas ketimbang ardi, si teman saya itu.

Cerita berlanjut ketika ardi bertemu wulan. Gadis kesekian dalam daftar panjang kisah asmaranya. Dengan wulan, ardi rasanya sudah “habis-habisan”. Maksudnya bukan habis-habisan mengelurkan modal material untuk mendapatkan hati sang pujaan, bukan! Tapi habis-habisan mencurahkan perhatian dan rasa sayang.

“Ini yang terakhir”, katanya pada saya suatu ketika.

Pokoknya the one and only. Tapi yang terjadi kemudian, karena dasar pengalaman masa lalunya, ardi jadi begitu dominan mempertahankan hubungan mereka. Sampai-sampai sorot pandang rekan sekerja wulan saja bisa memicu pertikaian dalam hubungan mereka. Bagi ardi, wulan adalah miliknya dan tidak ada yang lain bisa memilikinya kecuali dia. Perubahan drastic dalam pola pikir teman saya itu malah membuatnya jadi sering-sering bermasalah dalam hubungan. Hampir tiap minggu ada-ada saja yang membuat pertikaian harus terjadi. kalau sudah begitu, jangan harap keluar kata-kata “sayang”. Hal itu masih diperparah dengan hubungan jarak jauh yang dijalani keduanya. Mereka hanya punya waktu seminggu sekali untuk melepas kangen. Tapi kalau sudah bertengkar, frekuensi ketemuannya bisa dipastikan makin lama lagi.

Ujung-ujung dari cerita saya paling sudah bisa ditebak. Ya, mereka pisah!! Nggak ada lagi yang bisa dijadikan pertimbangan untuk melanggengkan hubungan, walaupun rasa cinta sebenarnya masih ada. Terlebih dalam hati teman saya itu. Tentu sakit dan pahit. Tapi semua sudah jadi bubur. Rasa memiliki yang terlalu dalam membawa keduanya tidak menemukan titik temu dari setiap perselisihan yang terjadi. Dan yang jelas, hubungan seperti itu hanya akan membawa ketidaknyamanan diantara keduanya. Yang ini berani saya simpulkan karena saya juga sempat terjerembab dengan kenyataan seperti itu. Hari-hari yang seharusnya bisa dilalui dengan manis dan indah, jadi berantakan hanya karena kecurigaan dan rasa memiliki yang terlalu dalam. Menyayangi dan mencintai wanita saya pikir tidak harus sama dengan menyayangi benda kesayangan seperti gelas kaca yang harus dijaga berlebihan karena takut pecah. (bintoro suryo)

Contact Person :
Email : noe_saja@yahoo.co.id


No comments: