Wednesday, September 23, 2009

Rumah Kaca, Rumah Bumi Kita

ANDA PASTI pernah mendengar tentang rumah kaca. Rumah yang atap dan dindingnya terbuat dari kaca. Rumah ini biasa digunakan untuk pembibitan pada kegiatan perkebunan dan berfungsi untuk menghangatkan tanaman yang berada di dalamnya.

Sebagai ilustrasi, misalnya anda berada di dalam sebuah mobil yang tertutup tanpa menggunakan air conditioner (AC) di bawah panas terik matahari. Bagaimana rasanya? Panas? Hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang masuk menembus kaca mobil membuat seisi nya jadi panas. Panas matahari terperangkap di dalam mobil, tidak dapat menembus ke luar kaca. Hal seperti itu juga terjadi pada bumi kita. Radiasi yang dipancarkan oleh matahari, menembus lapisan atmosfer dan masuk ke bumi. Radiasi matahari yang masuk ke bumi – dalam bentuk gelombang pendek – menembus atmosfer bumi dan berubah menjadi gelombang panjang ketika mencapai permukaan bumi.Setelah mencapai permukaan bumi, sebagian gelombang dipantulkan kembali ke atmosfer. Namun sayangnya, tidak semua gelombang panjang yang dipantulkan kembali oleh bumi dapat menembus atmosfer menuju angkasa luar karena sebagian dihadang dan diserap oleh gas-gas yang berada di atmosfer, disebut gas rumah kaca (GRK). Akibatnya radiasi matahari tersebut terperangkap di atmosfer bumi.

Karena peristiwa ini berlangsung berulang kali, maka kemudian terjadi akumulasi radiasi matahari di atmosfer bumi yang menyebabkan suhu di bumi menjadi semakin hangat. Peristiwa alam ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK), karena peristiwanya serupa dengan proses yang terjadi di dalam rumah kaca. Jadi peristiwa efek rumah kaca bukanlah efek yang ditimbulkan oleh gedung-gedung kaca, Seperti yang selama ini sering disalahartikan. Peristiwa ERK menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak untuk ditempati manusia. Jika tidak ada ERK, maka suhu permukaan bumi akan 33°C lebih dingin dibanding suhu saat ini.

Namun berbagai aktivitas manusia, terutama proses industri dan transportasi, menyebabkan GRK yang diemisikan ke atmosfer terus meningkat. Alhasil, terjadilah perubahan komposisi GRK di atmosfer. Hal ini kemudian menyebabkan radiasi yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke luar angkasa terhambat sehingga menyebabkan terjadinya akumulasi panas di atmosfer

Singkat kata, meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer akibat aktivitas manusia di berbagai belahan dunia, menyebabkan meningkatnya radiasi yang terperangkap di atmosfer. Akibatnya, suhu rata-rata di seluruh permukaan bumi meningkat. Peristiwa ini disebut Pemanasan Global. Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi menyebabkan terjadinya perubahan pada unsure-unsur iklim lainnya, seperti naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan di udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara yang pada akhirnya merubah pola iklim dunia. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Perubahan Iklim.

Perubahan iklim sendiri merupakan sebuah fenomena global karena penyebabnya bersifat global, disebabkan oleh aktivitas manusia di seluruh dunia. Selain itu, dampaknya juga bersifat global, dirasakan oleh seluruh mahluk hidup di berbagai belahan dunia. Oleh karena itu solusinya pun harus bersifat global, namun dalam bentuk aksi local di seluruh dunia.

Perubahan iklim itu sendiri terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang cukup panjang, antara 50-100 tahun. Walaupun terjadi secara perlahan, perubahan iklim memberikan dampak yang sangat besar pada kehidupan umat manusia. Sebagian besar wilayah di dunia akan menjadi semakin panas, sementara bagian lainnya akan berubah semakin dingin. Saat inipun dampaknya sudah mulai kita rasakan.

A. Dampak Perubahan Iklim
1. Mencairnya Es di Kutub
Perubahan iklim juga menyebabkan mencairnya es dan gletser di seluruh dunia, terutama di Kutub Utara dan Selatan. Diketahui bahwa es yang menyelimuti permukaan bumi telah berkurang 10% sejak tahun 1960. Sementara ketebalan es di Kutub Utara telah berkurang 42% dalam 40 tahun terakhir (Fred Pearce, 2001). Diperkirakan pada tahun 2100, gletser yang menyelimuti pegunungan Himalaya seluas 33.000 km2 akan mencair. Ilmuwan Eropa juga memperkirakan sekitar 50-90% gletser di pegunungan Alpen akan menghilang. Diperkirakan pegunungan salju Australia akan “bebas salju” pada tahun 2070. Sementara menurut penelitian Lonnie Thomson dari Byard Polar Research Center – Universitas Ohio, diperkirakan seluruh salju di pegunungan Kilimanjaro akan mencair pada tahun 2015 akibat pemanasan global (Fred Pearce, 2001).

2. Pergeseran Musim
Selain itu, perubahan iklim juga menyebabkan terjadinya pergeseran musim, di mana musim kemarau akan berlangsung lama sehingga menimbulkan bencana kekeringan dan penggurunan. Para ilmuwan memperkirakan bahwa kekeringan akan melanda Afrika, Eropa, Amerika Utara, dan Australia.

Sementara musim hujan akan berlangsung dalam waktu singkat dengan kecenderungan intensitas curah hujan yang lebih tinggi dari curah hujan normal sehingga menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor. Terbukti wilayah Asia Tenggara serta beberapa wilayah lainnya yang rentan terhadap badai dan angin puting beliung telah mengalami badai yang lebih dahsyat, Hujan yang lebih deras serta lebih banyak bencana banjir. Sementara di beberapa wilayah di Indonesia juga sudah terbukti mengalami bencana banjir dan longsor.

3. Peningkatan Permukaan Air Laut
Dampak perubahan iklim yang lainnya adalah meningkatnya permukaan air laut. Menurut IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), panel ahli untuk isu perubahan iklim, dalam 100 tahun terakhir telah terjadi peningkatan permukaan air laut setinggi 10-25 cm. Sementara itu diperkirakan pada tahun 2100 mendatang akan terjadi peningkatan air laut setinggi 15-95 cm (Sumber : Greenpeace, 1998). Sebagai ilustrasi, peningkatan permukaan air laut setinggi 1 m akan menyebabkan hilangnya 1% daratan Mesir, Belanda 6%, Bangladesh sebesar 17,5% dan 80% atol di Kepulauan Marshall
menghilang (Fred Pearce, 2001).

Perubahan iklim juga menyebabkan negara-negara kepulauan seperti Karibia, Fiji, Samoa, Vanuatu, Jepang, Filipina serta Indonesia terancam tenggelam akibat naiknya permukaan air laut. Ini berarti puluhan juta orang yang hidup di pesisir pantai harus mengungsi ke daerah yang lebih tinggi. Fakta yang sudah kelihatan saat ini, sebuah Negara kecil di samudra pasifik (Tuvalu) terancam tenggelam karena peningkatan permukaan air laut dan juga abrasi pantai.

4. Dampak Lainnya
Selain dampak-dampak tadi, perubahan iklim juga akan menyebabkan terjadinya krisis persediaan makanan akibat tingginya potensi gagal panen, krisis air bersih, meluasnya penyebaran penyakit tropis seperti malaria, demam berdarah dan diare serta kebakaran hutan dan hilangnya jutaan spesies flora dan fauna karena tidak dapat beradaptasi dengan perubahan suhu di bumi. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan iklim merupakan ancaman serius bagi kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Dampak seperti itu tidak hanya terjadi di satu negara atau di satu wilayah, Tapi di seluruh dunia, melintasi batas negara.

Dalam prosesnya, perubahan iklim terjadi sangat lamban. Dampaknya tidak langsung dirasakan saat ini, Namun akan sangat terasa bagi generasi mendatang. Ketika perubahan iklim telah terjadi, maka tidak satu upaya pun yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kondisi ke keadaan semula. Apapun upaya yang dilakukan, perubahan iklim akan tetap terjadi. Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia telah meningkat dengan pesat sejak dimulainya revolusi industri pada tahun 1850.

Walaupun begitu, kita harus berupaya memperlambat terjadinya proses perubahan iklim. Salah satunya dengan cara mengurangi konsumsi bahan bakar fosil yang pastinya akan menghasilkan emisi GRK. Dengan begitu, dampak perubahan iklim tidak terjadi dalam waktu yang singkat dan perubahannya pun tidak dalam bentuk yang ekstrem dan bersifat revolusiuner (cepat). Kita bisa menghambatnya bila kita mau. Sedikit upaya yang dilakukan masing-masing kita, akan sangat berguna bagi kelangsungan hidup para penghuni bumi ini, termasuk keturunan kita, kelak… (***)