Monday, August 17, 2009

Primordial Bully…

SAYA NGGAK TAHU sudah berapa kali Michael Jackson melakukan operasi hingga menghasilkan wujud yang berbeda ; kulit lebih putih, hidung lebih mancung, bentuk rahang yang nyaris sempurna dan rambut lurus indah. Saat konser anniversary 30th the Jackson five beberapa tahun lalu, ia memang tampil beda dibanding saudara-saudaranya. Hingga akhir hayatnya, mungkin cuma satu yang belum bisa diubahnya dan itu merupakan suatu hal yang sudah pasti mustahil ; “Jacko tetap seorang Negro…”

Darah, keturunan, suku ras dan asal bangsa memang tidak bisa diubah. Mereka merupakan hal yang terberi tanpa bisa ditawar. Seandainya bisa, mungkin Jacko tidak ingin dilahirkan dari ibu dan ayah berdarah Negro…

Seorang teman asal Jawa, juga lebih senang menyimpan nama aslinya di akte kelahiran, ijazah sekolah dan dokumen-dokumen resmi. Sehari-hari Ia lebih memilih nama lain yang terkesan lebih bisa menyamarkan identitas darah dan asal keturunannya. Kenapa? Di beberapa daerah yang sempat yang ia tinggali, memang ada opini rendah tentang suku Jawa sebagai suku transmigran yang selalu enggah enggih, penurut…

Ada juga yang memandang sebagai suku bangsa kuli. Mungkin itu karena historis sejarah dimana orang Jawa sempat dimobilisasi secara massal untuk bekerja paksa di lahan-lahan perkebunan. Mulai dari Sumatera hingga Suriname di Amerika Selatan zaman penjajahan Belanda dulu. Atau, jadi pekerja paksa Romusha di zaman pendudukan Jepang. Persepsi itu terus melekat di beberapa kelompok masyarakat kita. Kondisi itu juga membuat orang-orang seperti teman saya tidak pede dengan status kejawaannya.. Dalam beberapa kasus skala minor, ras Jawa juga “diserang” kelompok minoritas yang merasa besar karena dianggap terlalu meng-hegemoni terhadap negeri ini…

Ada teman saya yang lain, berdarah Minang. Ia juga lebih senang menyimpan rapat-rapat asal usul kedaerahannya. Kepada setiap orang yang baru dikenal, ia selalu menyebut berasal dari Makassar. Kebetulan namanya Andi.. Tapi swear, namanya tidak ada kaitan sama sekali dengan gelar kebangsawanan yang biasa dipakai oleh suku di Sulawesi selatan itu..

Kenapa? Sekali lagi karena persepsi negatif kesukuan.. Sampai sekarang masih ada saja kelompok masyarakat kita yang sering mengolok-olok orang Minang yang sebenarnya merupakan salah satu suku perantau paling tangguh dengan persepsi-persepsi negatif. Misalnya yang sering terdengar : istilah Padang bengkok atau ujar-ujar : telunjuk luruih, kalingking bakait (untuk menggambarkan orang padang tidak bisa dipercaya, pen). Yang lain : mau diinjak asal di ateh, mau dicubit asal tidak sakiek(untuk menggambarkan orang padang sebagai suku yang mau menang/ untung sendiri, pen).

Primordial bully, saya lebih senang menyebutnya begitu. Mengolok-olok status kesukuan seseorang atau golongan atau sebuah kaum sehingga objek yang diolok-olok menjadi tidak percaya diri. Merasa tidak ada kebanggaan terhadap garis keturunan/ suku yang melekat pada diri mereka. Padahal, bukan salah mereka jika harus terlahir dalam status sebagai salah satu suku tertentu. Suku adalah sesuatu yang terberi, bukan sesuatu yang bisa kita pilih.

Primordial bully biasanya bersifat verbal (memaki, mencibir, memanggil dengan julukan yang tidak menyenangkan, dll), dan psikologis (mengintimidasi, mengucilkan, mengancam, mempermalukan, dll). Si pelaku biasanya akan mendapatkan kepuasan dalam melakukannya. Dalam kasus yang lebih khusus, si pelaku malah mungkin mendapatkan keuntungan dari serangan bully yang dilakukan.

Isu-isu primordial sering digunakan orang untuk membenarkan apa yang sedang dilakukan atau untuk mengeruk keuntungan demi kepentingan pribadi. Apalagi di zaman otonomi seperti sekarang. Banyak muncul “raja-raja kecil” yang awalnya mengaku akan memperjuangkan masyarakat lokal/ tempatan untuk lebih berdaya guna di tanah sendiri. Yang terjadi, mereka hanya memberdayakan masyarakat tempatan dengan menjual isu kedaerahan/ kesukuan demi kepentingan mereka sendiri atau kelompoknya. Ia melancarkan serangan bully terhadap suku-suku lain atau suku tertentu yang kebetulan dapat cap pendatang di daerah itu. Kalau anda jeli, di sekitar anda banyak yang seperti itu..

Menurut saya, Bullying itu tipe prejudice. Ia menyamaratakan semua orang berdasarkan apa yang didengar dari orang lain. Contohnya : wanita dengan pakaian seksi adalah pelacur. WN negara X bangsat semuanya… Atau, orang keturunan tertentu hobinya merampok kekayaan negara, dan seterusnya dan seterusnya……

Di zaman Rasulullah, seorang sahabat Nabi bernama Bilal, juga sempat merasakan perlakuan bullying. Bilal (budak hitam) sering diolok-olok oleh sahabat-sahabatnya. Allah SWT akhirnya mengatur soal ini dengan menurunkan surat Al Hujarah ayat 11. Artinya kira-kira begini :

Wahai orang–orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok–olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok–olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok–olok)…”

Mem-bully bagi pelaku-pelakunya biasa dilatar belakangi beberapa hal. Mulai dari sekedar ejekan dalam proses canda, pencapaian kepuasan diri, usaha untuk menempatkan pribadi atau kelompok dalam harkat yang lebih tinggi dari korbannya atau hingga maksud tertentu misalnya mencari keuntungan sendiri. Dari banyak kasus bully yang terjadi, sepertinya sulit untuk membendung prilaku seperti itu bila tidak diupayakan sejak dini. Apalagi jika pelakunya adalah seseorang yang sudah dewasa. Orang yang sebenarnya sudah bisa menimbang-nimbang apa yang baik dan benar untuk dilakukan dan mana yang tidak pantas untuk dikerjakan.

Cara terbaik untuk menangkal serangan primordial bully, hindari saja atau jaga jarak anda dari berinteraksi dengan orang-orang seperti itu. Biarkan mereka seperti katak dalam tempurung yang merasa besar sendiri. (bintoro suryo)