Tuesday, June 23, 2009

Pengusaha yang Jago Nembak…

MACAM-MACAM hobinya pengusaha. Yang lazim, biasanya mereka main golf tiap akhir pekan atau saat ada jamuan rekan bisnis. Tapi ada juga lho, pengusaha yang punya hobi macho seperti menggeluti olahraga menembak.

Sore itu, di lapangan tembak terlihat lima orang warga sipil dengan serius berlatih menembak. Senjata mereka mengarah ke lempengan besi berbentuk manusia di depannya. Sementara yang lainnya memilih mengantri untuk menembak sembari melihat aksi teman-temannya.

Saat itu cukup banyak orang yang hobi menembak dan berburu. Mereka tergabung dalam Persatuan Menembak dan Berburu Seluruh Indonesia (Perbakin Kepri). ”Anggotanya ada 200-an orang. 80 persen adalah pengusaha,” kata Alfred Zahidin, Sekretaris Perbakin Kepri.
Para pehobi menembak dan berburu ini tidak serta merta langsung bergabung di Kepri.

Sebelumnya, mereka wajib menjadi anggota club menembak terlebih dulu. Cukup banyak club menembak di Kepri. Di antaranya Tridarma, Batam Shooting Club, Sniper Karimun, Ranger Natuna, Satnusa Club, Bimacakti, dan Adiyaksa Club. Alfred punya alasan sendiri kenapa menyukai olahraga menembak.

Dulunya, ia sudah terbiasa dengan kebiasaan orang tua yang suka berburu. ”Mulai umur 4 tahun saya sudah menenteng senjata. Dulu, pas kecil tinggal di Lampung, berburu masih boleh,” ujar Alfred.

Ada kepuasan tersendiri saat menembak. “Menembak itu asyik banget, dengar suaranya memacu adrenalin,” tambahnya. Hal serupa juga diungkapkan oleh Mike Christopin (31), pemilik usaha mobil di Batam. ”Saya rasa setiap cowok akan suka menembak. Olahraga ini melatih kesabaran, konsentrasi dan fokus terhadap sasaran,” ujar pria yang juga Panitia latihan menembak bersama.

Belakangan ini, Mike malah suka mengajak relasi bisnisnya dari Jakarta untuk menembak saat ada perbincangan bisnis di Batam. ”Kalau golf sudah biasa, makanya saya sering ajak relasi bisnis untuk menembak. Di sini ada instruktur dari Brimob yang sangat profesional,” ujarnya.
Soal biaya juga relatif hampir sama dengan golf. Ada beberapa pilihan, mulai dari 25 peluru dengan biaya Rp350 ribu, 50 peluru (Rp600 ribu) dan 200 peluru (Rp2,1 juta). Ajakannya pada relasi bisnis untuk olahraga menembak ternyata disambut baik. ”Mereka sangat terkesan, rasanya tidak terlupakan,” cerita Mike.

Pehobi menembak lainnya adalah Dimas (40). Pemilik Klinik Medical Check Up. ”Menembak ini memacu adrenalin, kita harus betul-betul konsentrasi,” ujarnya.

Ada juga dari kalangan karyawan swasta, salah satunya Harry Pangestu, seorang Community Development Indo Tirtasloka di Pulau Bulan. ”Saya sudah lama hobi nembak. Mulai menembak sejak jadi anggota Resimen Mahasiswa dulu,” ujarnya.

Dari kalangan mahasiswa juga ada. Okky (20), mahasiswa UIB salah satunya. “Pertama tuh mikirnya megang senjata itu berat. Eh tahunya ringan banget. Di sini kita latihannya pakai Glock 17 senjatanya campuran besi dan plastik. Ternyata menembak nggak mudah, lebih susah tak semudah yang kita bayangin,” katanya. Sementara Oktanius (32) rajin berlatih menembak karena selain hobi menambak, juga mendukung pekerjaannya sebagai ajudan Bupati Lingga.

Selain berlatih menembak setiap hari Sabtu pagi pukul 08.00 WIB, mereka juga berlatih perang-perangan di Pulau Sekilak, Hutan Vista dan Brimob Pikori Sekupang, agar lebih seru dan asyik. ”Di sini kita dilatih kesabaran, kerjasama tim, fokus dan dilatih kejujuran. Harus jujur kalau kita kena tembak saat perang-perangan di Pulau Sekilak,” ujarnya.

Kegiatan berlatih olahraga menembak ini atas kerjasama Perbakin Kepri dan Brimob. “Sekarang warga sipil tidak bisa lagi bebas punya senjata api. Karena itu kita menyiapkan lapangan tembak, supaya warga sipil yang hobi menembak bisa menyalurkan hobinya,” ujar Kasat Brimob AKBP Suhendri.

Dibanding dengan olahraga lain, olahraga menembak cukup sulit berkembang. Sebab itu, Perbakin akan mengadakan Coaching Klinik menembak yang terbuka bagi para remaja. ”Target kita, supaya dari Kepri punya atlet menembak untuk mewakili Kepri di ajang PON,” ujar Alfred. Dalam coaching clinic menembak, nantinya akan diajarkan pengenalan senjata, cara memegang, cara memegang senjata yang paling aman.

”Memegang senjata nggak bisa ke sana ke mari, tapi harus ke sasaran atau ke atas,” ujar Alfred. Selain itu diajarkan teknik menembak, cara pernapasan supaya saat memegang senjata tidak goyang dan tembakannya tepat sasaran, posisi kaki seperti apa dan juga diajarkan cara memegang senjata yang benar. (andriani susilawati)

Kompak di Jalan, Tertib di Organisasi

Komunitas Bikers Tiger Batam (BTB)

PEMILIK MOTOR Tiger di Batam punya komunitas. Mereka tergabung dalam Bikers Tiger Batam (BTB). Saat ini ada sekitar 66 orang anggotanya. Mereka berlatar belakang berbeda-beda. Ada yang karyawan swasta, PNS, wiraswasta hingga polisi.

Meski beda profesi, tapi mereka kompak, bahkan sudah seperti keluarga. “Di BTB rasa kekeluargaannya tinggi. Kami memang ada jadwal berkunjung untuk silaturahmi ke setiap rumah anggota secara bergantian,” kata Ketua BTB, Karso Inggalih, kepada Batam Pos, Jumat (5/6).

Ketika ada anggota yang terkena musibah, seperti sakit atau tertimpa musibah, maka satu sama lainnya langsung kompak mencarikan solusi, meringankan beban anggota itu.

“Biasanya saat disodorkan helm, secara spontan langsung memberi sumbangan,” kata Karso.

Wiraswasta yang bergerak di bidang suplier alat-alat berat menuturkan, besaran uang yang dikumpulkan bukan jadi ukuran. Yang terpenting, rasa kekeluargaan dan kebersamaan.

Banyak kesan-kesan yang mengharukan dirasakan selama bergabung dengan BTB. Contoh kecil, kata Karso, pada suatu malam motor Tigernya mogok di Simpang Kabil, gara-gara putus kopling.

“Waktu itu, saya langsung SMS ke satu teman (anggota BTB) untuk minta bantuan. Eh, tak lama setelah itu datang 10 orang anggota membantu,” katanya.

Pria 43 tahun ini yakin, hal seperti itu hanya ditemui di BTB. Mungkin jika orang lain yang SMS ke temannya, paling-paling malah ditanya, lalu disuruh dorong motor dan cari bengkel terdekat sendiri.

Kesan mendalam juga ikut dirasakan Rimmeld. Pria 33 tahun ini mengaku bergabung dengan BTB karena ingin tambah teman yang punya hobi otomotif dan hobi tur dengan mengendarai motor.

“Di sini kita jadi punya banyak teman. Kita juga jadi banyak tahu spare part yang bagus dan murah, dimana bengkel bagus. Nah, kalau motornya rusak kita bisa langsung ke bengkel yang dibilang bagus itu,” ujar Kepala bagian di salah satu perusahaan Indeks ini.

Lain lagi dengan Raymod. Saat pertama kali bergabung dengan BTB. Ia sibuk cari informasi kelegalan BTB. Baru setelah mengetahui Bikers Tiger Batam telah memiliki izin pendirian club dan club beserta seluruh anggotanya adalah anggota Ikatan Motor Indonesia (IMI) Pengda Kepri, maka barulah Raymond mantap bergabung dengan BTB.

“Sekarang BTB sudah makin maju. Sudah punya sekretaris segala. Di Gedung Pemuda Hang Jebat, samping Pom Bensin Suka Jadi,” kata pria yang bekerja di Difanni Furniture. Lajang satu ini punya komitmen. Ia tidak ingin bergabung dalam suatu klub, kalau klub tersebut tidak jelas legalitasnya.

Saat ini, Bikers Tiger Batam mendapat dukungan dari Honda dan Djarum Black. Tak heran, jika komunitas yang satu ini menjadi semangat menjalani berbagai kegiatan internal maunpun eksternal yang sifatnya sosial. Belum lama ini, mereka bakti sosial menyumbang ke beberapa panti asuhan di Batam, melakukan pengasapan nyamuk demam berdarah, ikut mensosialisasikan safety riding, supaya masyarakat tertib dalam berkendaraan.

Komunitas ini juga punya prinsip bahwa tertib berkendaraan di jalan raya adalah tanggungjawab bersama. Dan, itu harus diawali dari diri sendiri dan kumunitas ini. “Pokoknya, anggota kita wajib Tertib di jalan, kompak di organisasi,” kata Karso.

Mereka juga rutin touring ke Nongsa, Pantai Melur dan lainnya dengan mengajak keluarganya masing-masing. Mereka juga pernah touring ke Bintan.

Rencananya, November 2009 nanti, BTB akan menggelar touring ke Sumatera meliputi Pekanbaru, Jambi dan Padang.
“Touring ke Sumatera ini guna mendukung Visit Batam 2010 dan memperkenalkan Batam,” kata Karso.

Saat ini pendaftaran anggota BTB masih terbuka. Siapapun yang berminat bisa mendaftar di blog BTBbikerstigerbatam.blogspot.com. Setelah jadi anggota BTB, dikenakan iuran keanggotaan Rp25 ribu. Riciannya, Rp15 ribu masuk kas dan Rp10 ribu untuk dana tambahan saat silaturahmi dan kumpul di rumah anggota.

“Banyak yang mengira kalau masuk BTB itu banyak biaya. Itu tidak benar, justru di sini kita bisa merasakan kekeluargaan yang sangat erat. Saya sendiri yang perantauan sangat merasakan sekali manfaatnya,” kata Rimmeld.

Sebagai salah satu komunitas motor, BTB juga siap mendukung keamanan jalanan kota Batam. Seperti beberapa waktu lalu, saat anggota BTB berkumpul, tiba-tiba tidak jauh dari mereka ada penjambretan dan pengendara wanita jadi korbannya. Saat itu para anggota BTB langsung spontan beramai-ramai mengejar si penjambret. (andriani susilawati)

Malaikat Bangsat


Biar saja mereka menyebutmu BANGSAT…

Sesekali ada juga yang memanggilmu KEPARAT…

Tapi bagiku kau begitu HEBAT..

Kadang menganggapmu seperti MALAIKAT…




Membeli Mimpi

MEMBELI MIMPI, membawa khayalan jadi kenyataan secara instan dapat dilakukan bila kita punya uang. Kita tidak perlu melalui sebuah proses yang panjang, berliku-liku atau menghabis-habiskan waktu, walau mungkin sebenarnya di sanalah seninya.

Seorang rekan bisa membeli mimpinya untuk mengkoleksi kendaraan-kendaraan tua. Paling tidak, saat ini ia sudah memiliki dua unit vespa ; 1 langsiran tahun 1964 dan 1 lagi tahun 1970, satu unit motor Honda CG tahun rakitan 1978 dan satu unit sedan Toyota corona buatan 1986.

Ia mewujudkannya setelah sekian tahun bekerja dan kondisi ekonominya lumayan mapan. Dengan apa? Dengan uang. Awalnya memang begitu. Namun sebagai kolektor, dana cuma salah satu upaya saja untuk memulainya. Yang lain adalah keuletan dan kesabaran sang teman untuk membuat kendaraannya bisa menjadi layak pakai dan membuat spesifikasinya seperti baru lagi.

Ia melewati tahapan-tahapan proses dalam menjalankan kesenangannya itu. karena dilakukan dengan rasa senang, ikhlas dan bersungguh-sungguh, Sampai kini koleksinya masih tetap awet. Apa yang diperolehnya dari kesenangannya itu? Kebanggaan, kepuasan dan sebagai bentuk aktualisasi diri. Inilah saya… Seperti inilah kesenangan saya.. dan sebagainya dan sebagainya…..

William Wallace, seorang tokoh epic sejarah bangsa Skotland juga punya mimpi. ; kebebasan (freedom). Mimpinya adalah menjadikan bangsa Skotland sebagai bangsa yang bebas dari tekanan dan kekuasaan Inggris Raya. Ia membelinya dengan cara yang berbeda.Berjuang dengan tenaga, pikiran`hingga darah bahkan nyawanya sendiri. Walau hingga akhir hayat mimpi Wallace tidak pernah terbeli dan Skotlandia tetap masih dalam pengaruh Inggris Raya, proses perjuangannya tetap dikenang rakyat Skotland sampai kini..

Kiprah perjuangannya juga menarik perhatian seorang sutradara Hollywood yang kemudian membuat sebuah film tentang kepahlawanan sang legenda. Terlepas dari beberapa sisi yang melenceng dari fakta sejarah, film itu sangat layak tonton. Cerita tentang seorang pahlawan yang berusaha membeli mimpi kebebasannya dengan darah, air mata bahkan nyawa sendiri. Tapi mimpinya itu dikalahkan dengan obsesi lain dari seseorang bernama George The Bruce yang malah membeli mimpi dengan cara yang lebih mudah, pengkhianatan! Anda mungkin pernah menonton filmnya ; Braveheart. Kisahnya diperankan dengan sangat baik sekali oleh Mel Gibson.

Soal membeli mimpi ini, anda mungkin juga pernah mendengar tentang negara terkecil di dunia. Vatikan? Bukan, tapi Sealand!! Negara yang berdiri di atas tiang-tiang pancang beton Roughs Tower di atas laut dalam radius 12 nautical-mile. Roughs Tower terletak sekitar 10 km lepas pesisir Suffolk, Inggris pada koordinat 51°53′40″ LU, 1°28′57″ BT. Luasnya hanya 550 m². keberadaannya saat ini memang masih kontroversi. Yang mengakui Sealand sebagai Negara hanya warganya sendiri. “Negara tetangga” seperti Inggris tidak pernah mengakui kedaulatan Sealand.

Dulunya, Sealand adalah sebuah rik besar untuk yang dipergunakan oleh angkatan laut Inggris dalam perang dunia kedua. Sejarah Sealand dimulai ketika Inggris yang khawatir terhadap kekuatan Jerman, membangun sejumlah pangkalan militer. Benteng itu dilengkapi dengan banyak pasukan Inggris dan dilengkapi artileri yang dirancang untuk menembak jatuh pesawat dan rudal balistik Jerman. Pangkalan militer ini ditempatkan di sepanjang pantai timur Inggris yang terletak di pinggiran wilayah perairan Inggris. Salah satu pangkalan militer itu, yang terdiri dari konstruksi beton dan besi, adalah Roughs Tower. Benteng kerajaan Inggris yang terkenal.

Lokasinya di sebelah utara muara Sungai Thames. Seperti halnya pangkalan laut lainnya, Roughs Tower menggunakan jangkar yang dilabuhkan ke dasar laut.Semula basis laut ini akan ditempatkan di dalam wilayah kedaulatan Inggris. Namun kemudian rencana itu berubah. Pangkalan ini ditempatkan di satu titik sekitar 7 mil laut dari pantai timur Inggris, yang artinya lebih dari dua kali jarak 3 mil laut wilayah perairan Inggris. Dengan kata lain, benteng ini berlokasi di perairan internasional Laut Utara. Setelah perang usai, Roughs Tower beserta pangkalan lainnya mulai ditinggalkan.

Seorang purnawirawan Mayor Inggris bernama Paddy Roy Bates menduduki pulau buatan Roughs Tower dan tinggal di sana bersama keluarganya pada 2 September 1967. Setelah pembicaraan intensif dengan para pengacara ulung Inggris, Roy Bates memproklamirkan pulau itu sebagai negara miliknya. Pria itu menobatkan dirinya dengan gelar pangeran dan istrinya digelari putri. Roy pun resmi mendirikan Kerajaan Sealand. Roy Bates kemudian dikenal sebagai Roy of Sealand.

Tidak seperti William Wallace yang berusaha membeli kebebasan negaranya dengan tenaga, darah, airmata bahkan nyawanya sendiri, sang pemilik Sealand menjadikan rik tersebut sebagai negara karena ia punya uang. Untuk mewujudkannya, ia mungkin menggunakan uangnya yang memang besar. Tapi ia melalui proses untuk bisa tetap mempertahankan negara yang dibangunnya itu.

Masih soal obsesi membeli mimpi, teman saya yang lain membeli mimpinya untuk jadi seorang sarjana strata satu dengan menjalankan kuliah selama 3,5 tahun dan menyelesaikan tugas skripsi dalam waktu 3 hari!!! Yang lain harus melalui tahapan kuliah panjang selama hampir 14 tahun sebelum akhirnya ia bisa memasang gelar sarjana teknik di belakang namanya!!

Saat ini, teman saya yang pegang “record” menyelesaikan skripsi selama tiga hari, hanya jadi seorang marketing lepas kredit pinjaman dana untuk sebuah bank plat merah. Sementara rekan saya yang menyelesaikan kuliahnya dengan “berdarah-darah” selama 14 tahun, kini bisa memetik hasil dengan menerima tawaran bekerja di negeri Sakura Jepang! Proses kadang memang menentukan hasil akhir. Terserah anda, mau membeli mimpi dengan jalan instant atau memandang proses meraihnya sebagai hal yang sangat perlu karena menyangkut output hasil akhir… (bintoro suryo).

Saturday, June 6, 2009

100 % Melayu, Asam Pedasnya Nendang Banget

Rumah Makan Mak Muna Tanjungriau

MAU MENCICIPI asam pedas asli Melayu 100 persen? Datang saja ke rumah Mak Muna di Tanjungriau, Batam. Di sana, ada asam pedas ikan sembilang. Rasanya wuih… sedap sekali. Sekali suap langsung dibuat ketagihan. Tempat makannya juga asyik. Khas dengan suasana makan di rumah penduduk di kampung Melayu Batam.

Tak hanya warga biasa yang berbondong-bondong datang ke sana, para pejabat seperti Wakil Gubernur Kepri M Sani, Wali Kota Batam Ahmad Dahlan, Bupati Karimun Nurdin Basirun, para camat Batam juga rutin datang ke sana. Termasuk para bule yang melancong ke Batam dan ingin merasakan makan enak, dengan suasana khas makan di kampung Melayu yang sederhana.

Rumah Makan Mak Muna yang beralamat di Tanjung Riau RT 01/RW02 Nomor 06 sangat jauh dari kesan sebuah rumah makan. Tak ada plang nama. Yang terlihat hanyalah rumah papan kayu sederhana seperti rumah penduduk di sekitarnya. Meski begitu, rumah Mak Muna kesohor sebagai tempat makan yang menyajikan aneka masakan Melayu asli 100 persen sejak 15 tahun lalu. Ada asam pedas ikan sembilang, sotong masak hitam, sotong goreng asam, sotong goreng tepung daun bawang, goreng ikan lengse, udang bumbu sambal pedas, cah kangkung, dan masakan khas Melayu lainnya.

Aneka masakan asli Melayu 100 persen itulah yang jadi daya tariknya. Semua hasil laut seperti ikan, udang dan cumi, diracik pakai bumbu khas Melayu racikan Mak Muna yang berasal dari Pulau Jeri, sebuah pulau terpencil yang cukup jauh lagi dari Pulau Kasu. Datang ke sana, anak-anak Mak Muna yaitu Bambang dan Nurhayati langsung menyambut ramah para pengunjung. Lalu ditawari aneka masakan khas Melayu. Tanpa menunggu lama, pesanan langsung datang. Minuman teh obeng di gelas jumbo disodorkan sebagai pembukanya. Tak lama setelah itu, datang aneka masakan Melayu. Ada asam pedas ikan sembilang, sotong masak hitam dan lainnya.

Mata langsung tertuju pada asam pedas ikan sembilang. Katanya setiap orang yang datang ke sana pasti pesan asam pedas ikan sembilang, termasuk para bule yang juga favorit makan asam pedas ikan sembilang saat datang kesana. Aroma sedap dari kepulan uap kuah merah kental asam pedas ikan sembilang langsung menggugah selera. Apalagi saat menyuapnya ke mulut. Rasa pedas dari merica, cabe dan rempah jahe bercampur jadi satu dilidah dengan rasa gurih ikan sembilang. Satu kali santap membuat ketagihan. Rasanya benar-benar sedap sekali. Tidak kalah sedapnya sotong masak hitam dan sotong goreng tepung daun bawang.

Aneka masakan asli Melayu 100 persen di rumah Mak Muna cukup terjangkau harganya. Sotong masak hitam cuma Rp15 ribu dan Rp25 ribu untuk satu porsi asam pedas ikan sembilang. (andriani susilawati)

Lebih Jantan Setelah Makan Sate Kuda

Depot Kuda Teh Aam, Pujasera Golden Land

SATE KUDA tidak sepopuler sate ayam. Tapi ternyata menu yang satu ini menjadi buruan para pria. Rasanya lezat dan menggugah selera berbumbu sate kreasi kencur. Menyantap sate kuda semakin terasa ”jantannya”.

Belakangan ini Depot Kuda Teh Aam di Pujasera Golden Land Batam centre dibanjiri pembeli. Meski terdengar kurang begitu lazim, sate kuda yang dijadikan menu andalan di Depot Kuda Teh Aam yang diyakini berkhasiat menambah vitalitas pria menjadi daya tarik tersendiri. ”90 persen yang datang ke sini rata-rata pria dewasa,” ujar Imron, pemilik Depot Kuda Teh Aam di Pujasera Golden Land.

Kebanyakan para pembeli sate kuda awalnya hanya coba-coba, karena ingin tahu rasanya sate kuda. Tapi usai mencoba dan merasakan khasiatnya sendiri, akhirnya mereka menjadi pelanggan. Tidak hanya bisa menambah vitalitas para pria, menyantap sate kuda juga diyakini bisa menghilangkan pegal linu, lesu badan, menyembuhkan sakit asma, batuk-batuk, jerawat, eksim, sakit ayan dan stress.

Soal rasa juga tak kalah menggugah selera dibanding dengan sate ayam. Sate kuda yang disajikan terasa lezat dan menyehatkan. Serat dagingnya terasa besar. Terbuat dari daging kuda potong segar yang didatangkan langsung dari Bandung dan Sumbawa dengan pesawat. ”Dari Bandung pagi, sore kita terima dan langsung jual,” ujarnya.

Untuk menambah khasiat menyantap sate kuda, Imron meracik bumbu sate kreasi sendiri dengan ditambah kencur. Selain itu bumbu sate biasa yaitu kacang tanah, daun jeruk, bawang merah, jahe digiling, dan dimasak dengan jinten. ”Kalau di Sunda kencur sangat biasa dipakai untuk bumbu. Kencur ini juga berkhasiat untuk kesehatan. Setelah makan kencur biasanya langsung hangat. Ini klop, sate kudanya makin berkhasiat,” kata Imron.

Di Depot Kuda Teh Aam cukup banyak olahan daging kuda. Di sana tersedia juga bakso kuda, tongseng kuda. ”Bagi yang mau mencoba olahan sate kuda dan masih agak ngeri bisa mencoba bakso kuda dan nasi goreng kuda,” katanya.

Imron menuturkan Depot Kuda Teh Aam juga menyajikan menu unik lainnya yaitu aneka olahan daging kelinci dan burung puyuh.
Aneka menu di Depot Kuda Teh Aam dipatok dengan harga terjangkau. Untuk satu porsi kecil sate kuda cuma Rp15 ribu dan porsi besar Rp25 ribu, bakso kuda Rp10 ribu, goreng burung puyuh Rp15 ribu dan tongseng kuda hanya Rp20 ribu. (andriani susilawati)

Si Kecil Jadi Pembalap Mocil

HOBI BALAP bukan hanya disukai remaja dan dewasa. Anak-anak juga mencintai olah raga satu ini. Seperti anak-anak yang tergabung di Komunitas Imocil (Ikatan Motor Kecil) Kepri di Batam.

Raut wajah Ilham, pembalap motor cilik (mocil) tampak kemerahan bercampur keringat. Bocah cilik yang baru berusia 10 tahun itu sudah puluhan kali berputar-putar di sirkuit Gokart, Golden City, kawasan wisata terpadu di Bengkong Laut, Batam, Sabtu (16/5) lalu.

Biarpun Ilham mengaku capek, tapi tetap merasa senang karena sudah hobi dan bercita-cita ingin menjadi pembalap seperti idolanya, Jorge Lorenzo, pembalap MotoGP asal Spanyol yang tergabung dalam Yamaha Team dengan nomor motor 99.

Bukan hanya Ilham, ada 50-an raider cilik dari berbagai kabupaten/kota di Kepulauan Riau yang serius menekuni hobi sebagai pembalap mocil. Mereka bergabung dalam Imocil (Ikatan Motor Kecil) Kepri.

Meski tidak punya tempat arena balapan resmi, anak-anak yang hobi balap mocil tetap semangat berlatih setiap akhir pekan di berbagai tempat di Kepri. Mereka berlatih dengan pakaian layaknya pembalap profesional. Tempat berlatih mereka berpindah-pindah, kadang berlatih di lapangan parkir sport hall Tumenggung Abdul Jamal. Pernah juga berlatih di Area parkir gedung DPRD Batam dan belakangan ini, mereka balapan di circuit gokart di Golden City, Bengkong Laut, Batam.

Akhir pekan lalu, mereka berlatih di sirkuit Gokart, Golden City, Batam. Sore itu, deru mesin mocil saling bersahut-sahutan. Sang pembalapnya yaitu Ilham (10), Rendi (11) Yusuf (10), Dimas (10), Ari (11), Wisnu (10), Hanif (11), Naufal (11) dan Gadza (12), mereka ramai-ramai memacu motornya supaya jadi yang terdepan. Usai berputar-putar, salah satu pembalap memilih ke bagian pinggir sirkuit.

Mungkin karena motornya ngadat. Dengan sigap, melihat itu, seorang teknisi mocilpun langsung bertindak cepat. Ia langsung membetulkan mocil yang ternyata milik Hanif. Mocilnya mengalami gangguan teknis. Sembari menunggu motornya ok, Hanif membuka helm yang menutup mukanya dan istirahat, sambil melihat motornya yang sedang diperbaiki.

Tak sampai dua menit, Hanif kembali memacu mocilnya. Ia kembali ke circuit dan adu balap bersama teman-temannya.

Aksi balap mocil di sirkuit gokart-pun menjadi tontonan warga yang mengunjungi Golden City di Bengkong Laut. Ratusan penonton tampak menikmati aksi balap mocil sore itu. Di antara penonton, rupanya ada orang tua sang pembalap. Anak-anak yang menekuni hobi balap mocil ini memang butuh dukungan orang tua, tidak hanya dukungan motivasi tapi juga dana.

Seperti Dimas (10) yang ditemani ayahnya Dani (37). “Anaknya banyak maunya. Semuanya suka. Karate suka, sepakbola suka. Mocil juga suka. Ya diikutin saja apa maunya. Nanti kita lihat mana yang paling ia sukai dan berbakat,” ujar Dani.

Hobi anaknya yang sudah digeluti beberapa tahun lalu ini, memang sempat membuat cemas dirinya dan istrinya. Pasalnya, hobi pembalap bak menantang maut. Kecemasannya terbukti. Waktu pertama kali balapan, Dimas tersungkur di sirkuit mocil dan kepalanya bocor.

“Balapan ini memang bahaya. Waktu itu helmnya nggak standar. Tapi sekarang helmnya sudah standar. Aman kalaupun kecelakaan,” kata Dani.

Untuk mendukung anaknya jadi pembalap mocil yang berprestasi, Dani rela mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Untuk beli helm yang standar saja ia harus rela mengeluarkan uang Rp2 juta. Belum lagi bajunya yang juga jutaan. Itu belum termasuk motor kecil dan modifikasinya supaya makin kuat tarikannya.

“Tiap akhir pekan masuk bengkel untuk perawatan habis Rp500 ribu,” ujarnya.

Dukungan Suryana pada anaknya Ilham juga tidak jauh beda. Pria ini selalu setia menemani anaknya saat latihan ataupun bertanding sesama pembalap mocil.

Latihan rutin yang mereka lakukan tak sekedar mengejar cita-cita untuk menjadi pembalap profesional seperti idolanya, tapi juga menggapai prestasi di depan mata. Pasalnya setiap tahun anak-anak yang tergabung dalam imocil ikut andil bagian di kejuaraan mocil se Kepri, nasional bahkan hingga se -Asia. (andriani susilawati)

Batam Surga Vegetarian


DI BATAM ada 24 rumah makan vegetarian dengan pelanggan lebih 3000 orang. Kota ini pun jadi surga makanan vegetarian. 24 rumah makan vegetarian tersebut tersebar di berbagai sudut Kota Batam.

Mereka yang vegetarian tidak hanya sering berkumpul untuk santap bareng di rumah makan vegetarian, tapi juga aktif dalam komunitas vegetarian yang dinamai IVS (Indonesia Vegetarian Society/ Masyarakat Vegetarian Indonesia dengan anggotanya)

Dengan bergabung dalam IVS, mereka secara konsisten memasyarakatkan vegetarian lintas negara dan lintas budaya. Mereka juga aktif mengadakan berbagai acara. Salah satu acaranya yaitu Food Vegetarian Fiesta pada 6 Juni mendatang di Maha Vihara Duta Maitreya. Acara ini bukan kali pertama, tapi sudah berjalan rutin sejak tahun 1999.

Acara akbar yang bakal mereka gelar lainnya adalah Kongres Vegetarian se_Asia yang ke-4 di Batam pada penghujung tahun ini. Dalam kongres vegetarian dengan tema Vegetarian: Healthy and Eco-Friendly for All ini, menghadirkan para pembicara kelas Dunia. Seperti Dr RK Pachauri pemenang Nobel Perdamaian 2007, Jhon Davis yaitu Sejarahwan Vegetarian Dunia, Prov. Dr. Art-Ong Jumsai yaitu Mantan Ilmuan NASA, Prov.Dr.Duo Li, Editor Jurnal Kesehatan Asia Pasivik, Vice President of Asian Vegetarian Union, dan Maneka Gandhi, mantan menteri lingkungan hidup India, anggota parlemen India, juga sebagai Ketua Organisasi Hak Asasi Hewan India.

Masih banyak lagi pembicara lainnya dari kalangan ilmuan, guru besar, dosen pengamat, dan jurnalis dari negara-negara Asia, Eropa dan Amerika Serikat, 5 dosen pasca sarjana dari Indonesia.

”Nantinya ada sekitar 30-an pembicara, mereka datang atas biaya sendiri karena mereka peduli dan niat tulus untuk menyelamatkan bumi,” kata Jowly Yohanesh, Vice Chairperson Kongres Vegetarian se Asia ke-4.

Batam yang dipilih sebagai tempat Kongres Vegetarian se-Asia, tidak terlepas dari telah ditunjuknya Batam sebagai kota pilot project wisata vegetarian oleh Pemerintah pusat, Departemen Seni Budaya dan Pariwisata. IVS Batam menjadi mitra utama dalam hal ini.

”Ini tentu sesuai dengan angka populasi vegetarian di atas 3000 dengan 24 rumah makan vegetarian di kawasan perbatasan dengan Singapura sudah lama gencar menganjurkan gaya hidup sehat dan ramah,” kata Jowly.

Dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, yang paling banyak vegetariannya adalah di Batam. Dari tahun ke tahun jumlah vegetarian makin banyak, saat ini saja tercatat ada 80.000 orang yang tergabung dalam IVS di seluruh negeri. Angka tersebut belum termasuk individu vegetarian di negeri ini yang belum terdaftar.

Kian banyaknya orang yang bervegetarian tidak lepas dari seabreg manfaat positif yang bisa didapatkan dari pola hidup vegetarian. ”Mengkonsumsi tumbuhan sangat bagus untuk kesehatan, karena hanya tumbuhan yang mengandung antioksidan yang berguna untuk kesehatan tubuh,” ujar Alvin, seorang vegetarian.

Sebaliknya kenyataannya, kasus penyakit jantung, stroke, berbagai jenis kanker, diabetes dan osteoforosis paling tinggi terjadi pada mereka dengan tingkat konsumsi daging dan produk cepat dairy yang tinggi.
Pola hidup vegetarian ternyata bisa menyelamatkan bumi dari berbagai bencana alam. Hal ini didasari dari hasil penelitian Food and Agricultural Organization (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dirilis 29 November 2006 dengan judul Livestocks Long Shadow – Environmental Issues and Options (Dampak panjang peternakan – Isu dan Opsi lingkungan hidup) menyimpulkan memelihara ternak mengakibatkan lebih banyak gas rumah kaca daripada mengendarai mobil. Peternakan dunia merupakan salah satu kontributor utama gas metana, nitrogen oksida, gas amonia dan karbondioksida terhadap pemanasan global.

Di samping pemanasan global, sektor peternakan juga salah satu faktor utama penyebab penggundulan hutan tropis untuk lahan merumput ternak. Luas penggundulan hutan untuk peternakan sebesar satu lapangan sepakbola setiap 5 menit.

Belakangan vegetarian makin populer dan kian banyak penggemarnya. Tidak terbatas kalangan dewasa tapi juga kalangan anak-anak. Seperti siang itu(15/5), ketika Batam Pos mengunjungi Rumah Makan Vegetarian di maha Vihara Duta Maitreya di Batam Centre.

Jeny bersama dua anak kembarnya terlihat menikmati makan siangnya dengan menu vegetarian. ‘Saya sejak dua tahun lalu sering makan siang di sini. Lumayan enak rasanya, Harganya murah. Bertiga cukup Rp20 ribu saja,” kata Jeny yang ditemani anaknya penyuka nugget ayam.

Rasa daging, ikan dan udang juga ada. Pasalnya saat ini sudah banyak bahan-bahan makanan vegetarian yaitu sayuran yang diolah khusus supaya menjadi mirip dengan daging, ikan dan udang. Olahan daging, ikan dan udang vegetarian sebagian besar bahan impor. Harganya juga tak mahal dan dijamin tak bosan. Seperti di rumah makan vegetarian di Maha Vihara Duta Maitreya setiap hari ada 50-an jenis menu yang siap dijual kepada pengunjungnya. Restoran ini tidak pernah sepi pengunjung.

”Setiap hari ada 700 pengunjung yang makan di sini,”kata Alvin., Humas Maha Vihara Duta Maitreya. (ANDRIANI SUSILAWATI)

Ajib Rasa Kebabnya, Nikmat Aroma Labanya

PURWADI (35), seorang karyawan perusahaan asing dengan gaji lumayan. Tapi ia ingin lebih maju lagi dengan mencoba berbagai usaha. Semuanya kandas. Kebab Turkilah yang mengantarnya ke pintu sukses.

Pria itu sebenarnya sudah bekerja di sebuah perusahaan di Mukakuning Batam selama 15 tahun. Pendapatannya sudah Rp3 jutaan perbulan. Tapi jumlah tersebut tak membuatnya puas. Sejak tahun 2005, ia pun mulai mencari tambahan dengan membuka usaha sambil bekerja.

Mulai dari usaha air minum isi ulang, berjualan pulsa dan berjualan bakso. Semuanya kandas. Iapun pindah ke usaha busana muslim. Bisnis inipun mati suri. Purwadi yang tamatan SMA ini mengaku banyak mendapat pelajaran dari kegagalan usahanya. ”Setelah saya pikir, kegagalan saya bermula dari pola pikir saya sendiri. Usaha yang saya jalani, saya anggap sebagai sambilan. Karena sambilan, secara tidak sadar saya tidak total mengurusi usaha saya,” ujarnya.

Ia juga mengibaratkan bekerja pada orang lain diibaratkan olehnya seperti dalam tempurung. Tidak akan bisa bebas dan berkembang, tapi aman untuk urusan makan. Lain halnya kalau membuka usaha sendiri. Pola pikirnya akan bebas, dan kemungkinan untuk lebih maju sangat terbuka lebar. Berkat pengalamannya itu, Purwadipun mulai total dan serius dengan bisnisnya. Iapun mulai mencari-cari kira-kira jenis bisnis apa yang prospek di Batam.

Ketemulah usaha Kebab Turki Baba Rapi 101 Persen Halal. Usaha ini ia dapat berkat inisiatifnya bergabung dengan komunitas Tangan di Atas yang ia temukan di internet tepatnya pada Juli 2006. Karena bergabung dengan komunitas Tangan di Atas, iapun sering mendapat artikel waralaba yang prospeknya bagus.”Saya tertarik karena produknya unik dan kecepatan keberhasilan bisnisnya yang luar biasa. Dalam waktu yang relatif singkat sudah punya 400 cabang di seluruh Indonesia dan Malaysia,” katanya.
Purwadipun membeli waralaba Kebab Turki Baba Rapi kepada sang pemiliknya Hendy Stiyoso di Surabaya dengan modal Rp50 jutaan.

Dengan uang sebesar itu, ia mendapatkan gerobak Kebab Turki, kompor gas khusus untuk membakar daging, bahan-bahan, refrigerator dan lainnya. Ia tinggal menjalankan usahanya saja.

Usaha kebab Turki yang ia jalankan di Batam terbilang sukses.”Sekarang omsetnya 5-6 kali gaji saya. Saya perkirakan bisa balik modal dalam tempo 1,5 tahun,” ujarnya.

Animo warga Batam akan kebab Turki cukup tinggi. Pertamakali buka 14 April 2008 di Panbil Mall dan pindah ke Mitra Mall Batu Aji dalam sehari bisa terjual 400 kebab turki per hari. Kini penjualannya semakin tinggi setelah pindah ke pelataran Graha Sulaeman Nagoya. Kebab Turki nya kian laris manis. Dalam sehari bisa terjual 600 kebab Turki. Untuk ukuran kecil ia jual Rp10.500 per buah dan ukuran besar dijual Rp12 ribu per buah. Kebab Turki rasanya gurih dan menyehatkan. Ada tortila sebagai pembungkusnya, ada daging sapi dan sayur mayur. (ANDRIANI SUSILAWATI)

Oleh-oleh Kue Melayu Nay@dam


Modal Rp 5 Juta, Kini Beromset Rp10 Juta Per Bulan

Rosnendya Wisnu Wardhana (32) nekat meninggalkan comfort zone atau kenyamanan sebagai karyawan bank. Ia memilih “berjudi” dengan tantangan baru. Kini usaha kuenya dengan label Nay@Dam mampu meraup omset Rp10 juta sebulan.

Terjun ke dunia usaha dan keluar dari pekerjaan membutuhkan pemikiran matang. Seperti yang dialami Rosnendya Wisnu Wardhana, Pemilik usaha kue Melayu merek Nay@Dam. ”Saya sampai berpikir selama satu tahun, apakah mau wirausaha atau tetap bekerja di bank. Soalnya wirausaha ini tergolong zona tidak aman. Sedangkan bekerja di perusahaan termasuk zona aman. Setiap bulan kita sudah pasti dapat gaji,” ujarnya.

Merasa bosan dengan rutinitas kerja di sebuah bank di Batam dan tidak bisa melepaskan ide-ide kreatifnya, pria yang dulunya menjabat supervisor operational dengan gaji Rp3,5 juta per bulan itupun akhirnya mengundurkan diri pada November 2008 lalu.

Niatnya untuk wirausaha sudah bulat. Jenis usaha yang dipilih yaitu kue tradisional khas Melayu Batam. Waktu itu, Ia ingin mendirikan pusat oleh-oleh, jajanan pasar Batam. Ide usahanya terinspirasi dari keluarga, teman dan kerabat dekatnya. Mereka ingin saat datang ke Batam dan pulang dari Batam membawa sesuatu makanan yang benar-benar asli khas Batam.
Sejak itulah, Wisnu dan istrinya yang bekerja sebagai PNS di Pemko Batam memikirkan makanan apa yang asli dari Melayu dan bisa dijadikan oleh-oleh Batam. ”Kebetulan istri saya asli orang Belakangpadang. Jadi dia jelas tahu apa kue tradisional yang khas Melayu Batam,” ujarnya.

Akhirnya Wisnupun mengangkat kue bingka bakar dan kue bilis untuk dijadikan oleh-oleh makanan dari Batam. Kedua kue tradisional khas Melayu ia branding dengan merek Nay@Dam. Nama Nay@Dam berasal dari nama kedua anaknya yaitu Naya dan Adam.
Waktu memulai usaha kue Melayu untuk oleh-oleh, Wisnu cuma membutuhkan modal Rp5 juta. Modal itu ia gunakan untuk membeli peralatan pembuatan kue seperti oven, mixer, loyang dan lainnya.

Sedangkan untuk tempat usahanya ia memanfaatkan rumah di Puri Legenda. Untuk membuat kue ia mengandalkan kakak nya.
Pi- lihan untuk terjun ke wirausaha ternyata tidak salah. Hasil dari usahanya cukup menggiurkan. Setelah dua bulan bersusah payah dan cuma beromset Rp1 juta, bulan berikutnya omsetnya langsung meningkat tajam yaitu mencapai Rp10 juta per bulan. ”Waktu mulai usaha, tantangan terbesar adalah mencari pelanggan,” ujarnya.

Untuk mencari pelanggan, Wisnu memakai trik dengan mengingat relasinya dulu sewaktu ia bekerja di bank. Wisnu juga dibantu istrinya untuk memasarkan kue Melayunya. ”Kebetulan di Pemko Batam suka banyak tamu-tamu yang datang dari luar daerah. Biasanya mereka minta dicarikan oleh-oleh makanan khas Batam,” ujarnya.

Berkat kejeliannya mencari pelanggan, usaha kue Melayu (bingka bakar dan ikan bilis) kian berkibar. Bila dulu, di rumahnya hanya membuat kue dengan oven kecil, kini sudah memakai oven besar yang ia beli dari Kalimantan. Dengan oven besar tersebut satu kali panggang bisa dua puluh loyang. Ia juga sudah punya satu karyawan. ”Alhamdulillah sekarang satu hari kita bisa produksi 30-40 loyang bingka bakar. 50 persennya sudah pesanan orang,” ujarnya.

Untuk mencari pelanggan lainnya, ia juga membuka konter di tiga tempat yaitu di Komplek Nagoya Business Centre, Kios Kaki 6 Mega Legenda dan UD Lestari Bandara Hang Nadim. Bingka bakar dan kue bilis yang diproduksinyapun sudah dikemas dengan kemasan yang manis. Ini sangat jauh berbeda dengan dulu yang hanya dibungkus dengan kotak kue biasa.

”Kita bungkus dengan bagus dan diberi merek Nay@Dam supaya menarik. Ini juga kan untuk oleh-oleh khas Batam dan mendukung Visit Batam 2010,” katanya.

Satu kotak bingka bakar dijual Rp15 ribu dan satu kotak kue bilis 300 gram dijual Rp25 ribu. Kuenya juga sudah mendapat sertifikat halal dan saat ini masih dalam proses pengajuan hak paten merek kue Melayu merek Nay@Dam. ”Bingka bakarnya tidak pakai pengawet, jadi tidak tahan lama. Maksimal bisa tahan sampai 3 hari,” katanya. (andriani susilawati)